Jumat, 28 Agustus 2009

Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)


Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

Orang tua, orang yang sudah punya anak atau orang yang sudah mulai merasa tua dan karena itu sering dimintai pandangan bagaimana memahami anak-anak atau bahkan hasil dari perilaku seseorang, kiranya perlu menelaah gagasan ini : setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda.

Kecerdasan yang berbeda, maksudnya setiap anak – yang normal secara intelektual tentunya – , pasti punya kecerdasan. Jadi, tidak benar ada anak yang bodoh atau malah dungu. Kesimpulan sederhana saya ini berangkat dari pendekatan Howard Gardner dari Universitas Harvard. Teori Gardner yang diintroduksi tahun 1983 ini untuk mengoreksi teori Intelligences Question (IQ) yang dikembangkan Alfred Binet di tahun 1909 lalu. Menurutnya, setiap orang memiliki satu atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yaitu : Linguistik, Matematis-Logis, Spasial, Kinestetik-Jasmani, Musikal, Interpersonal, Intrapersonal dan Naturalis. Jenis kecerdasan yang disebutkan Gardner diatas, penjelasannya sesuai dengan nama jenis kecerdasan tersebut.

1. Kecerdasan Linguistik (word smart) : ini kecerdasan yang terkait dengan kemampuan berbahasa. Baik dalam pengertian memahami sebuah rangkaian kata menjadi kalimat dalam sebuah bahasa tertentu maupun menggunakannya untuk menyampaikan maksud tertentu. Inilah salah satu kecerdasan yang banyak dijadikan acuan dalam test psikologi yang dikembangkan Binet. Ahli bahasa, penterjemah, penyuka sastra, mestilah punya jenis kecerdasan ini.

2. Kecerdasan Matematis-Logis (number smart) : ini kecerdasan yang terkait dengan matematika dan pemikiran logis. Kecerdasan ini pun sering menjadi acuan dalam test psikologi ala Binet. Ilmuwan dan para peneliti pasti memilikinya.

3. Kecerdasan Spasial (picture smart) : kecerdasan ini terkait dengan kemampuan mengekspresikan dunia spasial (ruang) dan kemudian mentransformasikan persepsinya itu. Karena itu kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, hubungan antar unsur adalah kelebihan yang ada pada kecerdasan ini. Pelukis, arsitek dan para desainer saya kira memang memiliki kecerdasan jenis ini.

4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (body smart) : kecerdasan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide-perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk mencipta, dan kemampuan fisik yang spesifik seperti keseimbangan, kekuatan, kelenturan atau kecepatan. Olahragawan, para atlit dibekali kecerdasan ini.

5. Kecerdasan Musikal (music smart) : kecerdasan mengapresiasi berbagai bentuk musik, membedakan, menggubah dan mengekspresikannya. Memiliki kepekaan terhadap irama, pola nada atau melodi dan warna atau nada suara suatu lagu adalah pemilik kecerdasan jenis ini. Komposer, para seniman musik pastiu dianugerahi bakat ini.

6. Kecerdasan Interpersonal (people smart) : kecerdasan dalam mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Memiliki kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerak isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal serta kemampuan mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu. Para pemimpin yang kharismatis, orang-orang yang memiliki tingkat pergaulan yang luas, dipastikan memiliki kecerdasan jenis ini.

7. Kecerdasan Intrapersonal (self smart) : kecerdasan dalam memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman itu. Kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, keinginan, berdisiplin diri dan kemampuan menghargai diri adalah ciri-cirinya. Seseorang dengan kecerdasan ini, tentunya memiliki kepribadian yang stabil.

8. Kecerdasan Naturalis (nature smart) : kecerdasan mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kepekaan terhadap fenomena alam lainnya, kemampuan membedakan benda tak hidup dengan benda hidup lainnya termasuk kecerdasan ini. 

Sumbangan terpenting Gardner dibanding Binet sebenarnya adalah bagaimana memahami kemampuan seseorang secara utuh. Delapan kecerdasan diatas saya kira memang sudah bisa dikenali sejak seseorang masih berusia dini. Tinggal bagaimana stimulan yang diberikan orang tua, mampu memberi petunjuk kecerdasan mana yang memang memiliki porsi besar. Seseorang mungkin kuat dalam satu atau dua kecerdasan tertentu, tapi mungkin saja lemah dan bahkan buruk untuk kecerdasan lainnya. Seorang anak yang lahir dalam lingkungan yang sangat kondusif dalam satu kecerdasan tertentu, pada akhirnya akan terkondisi untuk kuat dalam salah satu kecerdasan tersebut. Maka tak heran, dari seorang keluarga yang gemar berenang, lahirlah perenang-perenang yang baik bahkan jika dibekali metode yang tepat, jadilah ia perenang profesional. Yang terpenting, selama sebuah kecerdasan memungkinkan untuk terus dikembangkan, maka tidak ada kata final menilai sebuah kecerdasan. Tidak hanya pada anak, bahkan mungkin pada orang dewasa. Di dunia yang makin kompleks, maka tipologi kecerdasan diatas, harapannya, bukanlah semata-mata untuk keunggulan pribadi dan pada akhirnya hanya memberi keuntungan pribadi, namun sejauh mungkin memberi kontribusi solusi kepada lingkungan. Itulah yang diperlukan Indonesia saat ini.

Oleh JANUAR SETYO WIDODO

Tidak ada komentar: