Kamis, 27 Mei 2010

SELAMAT HARI RAYA WAISAK 2554







PENGURUS, GURU DAN KARYAWAN
YAYASAN DAPENA SURABAYA
( PG/TK-SD-SMP-SMA DAPENA SURABAYA )

MENGUCAPKAN

SELAMAT HARI RAYA WAISAK 2554

Selasa, 25 Mei 2010

Faktor Psikologik dan Kadar Stres




Faktor Psikologik dan Kadar Stres


Stres mungkin merupakan fakta dalam kehidupan kita, tetapi bagaimana kita menghadapi stres dapat menentukan bagaimana cara kita mengatasi stres tersebut.

Reaksi seseorang terhadap stres bersifat individual, tergantung dari faktor psikologik seperti makna yang diterapkan pada stres yang sedang dihadapinya. Misalnya, kondisi kehamilan yang merupakan kejadian yang berarti dalam kehidupan suatu perkawinan sangat ditentukan oleh seberapa besar hasrat kedua pasangan akan kehadiran anak sehingga kehamilan akan menjadi stres yang negatif bila kedua pasangan belum memiliki hasrat yang cukup untuk punya anak, tentunya.

Namun, stres tersebut menjadi sangat positif bila dihadapi oleh pasangan perkawinan yang sudah bertahun berharap memiliki anak kandung. Faktor psikologik lainnya yang juga berperan dalam menjadikan stres menjadi lebih ringan adalah bagaimana gaya penyelesaian masalah seseorang, kekerasan pribadinya, optimisme, dukungan sosial yang diperolehnya.

Gaya penyelesaian masalah

Apa yang kita lakukan saat kita menghadapi masalah yang sulit? Gaya penyelesaian yang manakah yang cocok dengan pribadi kita?

Berpura-pura tidak ada masalah adalah gaya seseorang dalam penyelesaian masalah dengan cara melarikan diri dari kenyataan/masalah. Melarikan diri dari masalah adalah gaya penyelesaian yang bermuatan emosi, dengan cara mengabaikan keberadaan stres, berbuat seolah tak terjadi stres atau keluar dari situasi yang menyebabkan stres.

Dengan demikian, seseorang merasa bahwa dirinya tidak menghadapi stres tersebut. Tentu saja gaya ini tidak membuat orang tersebut keluar dari masalahnya, tetapi justru kondisi mentalnya sama dengan orang yang terkena penyakit yang serius, tetapi tidak berusaha mendapatkan obat untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut.

Dalam gaya penyelesaian yang terfokus pada masalah, seseorang akan dengan sendirinya mencermati stres yang dihadapi dan kemudian berupaya mendapatkan cara yang terbaik dalam mengatasi stres akibat penyakit yang dideritanya. Mereka dapat memodifikasi reaksi terhadap stres tersebut sehingga secara bertahap menurunkan kadar stres menjadi stres yang tidak lagi memberikan ancaman yang serius bagi dirinya.

Kedua jenis gaya dasar dalam penyelesaian masalah itu dapat diterapkan pada cara seseorang menghadapi penyakit yang dideritanya.

Bila seseorang menolak kenyataan akan penyakit yang diderita, variasi perilaku sebagai akibat dari penolakan tersebut adalah sebagai berikut ini:
- Gagal mengenali gejala penyakit yang sebenarnya sangat serius akibatnya,

- Meminimalisasikan emosi negatif yang disebabkan oleh penyakit yang diderita

- Mengabaikan informasi yang mengancam tentang penyakit yang diderita.

Pengabaian penyakit yang diderita sangat membahayakan kesehatan kita, terutama bila sikap tersebut mengarahkan diri kita untuk tidak patuh terhadap perawatan medis yang disarankan dokter yang merawatnya.

Terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki gaya penyelesaian dengan cara menolak kenyataan yang dihadapi, seperti mencoba untuk tidak memikirkan dan membicarakan penyakit yang dideritanya, ternyata memperlihatkan peningkatan progresif dari penyakitnya bila dievaluasi dibandingkan dengan orang yang lebih mendapatkan konfrontasi langsung tentang penyakit yang dideritanya. (Eping, et.al, 1994).

Seperti halnya upaya pengabaian penyakit, penolakan terhadap kenyataan menderita penyakit akan diikuti oleh ketidakpatuhan terhadap aturan pengobatan yang disarankan dokter yang merawat. Hal ini tentu saja memperburuk kondisi kesehatan penderita. Penolakan akan kenyataan menderita suatu penyakit juga memengaruhi peningkatan distres emosional yang menimbulkan kerusakan fungsi imunologik.

Jadi, mengapa kita tidak memilih gaya penyelesaian yang berpusat pada problem agar kita dapat mengatasi penyakit yang kita derita dengan hasil seoptimal mungkin demi pemulihan kesehatan fisik kita sendiri?

Oleh Sawitri Supardi Sadarjoen
Sumber : www.kompas.com

Spiritualitas Bagi Orang Sakit



Spiritualitas Bagi Orang Sakit


"Manusia tidak akan binasa oleh penderitaan. Namun, ia dibinasakan oleh penderitaan yang tanpa makna." (Victor Frankl)

Gaya hidup sehat belum menjadi milik semua orang. Akibatnya, berbagai penyakit mengakrabi sebagian dari kita. Betapa banyak penyakit yang populer saat ini, seperti tekanan darah tinggi, stroke, jantung, diabetes, hepatitis, demam berdarah, cacar air, gagal ginjal, kanker, HIV/AIDS, dan flu burung.

Belum lagi penyakit-penyakit langka, seperti burger’s disease yang diderita oleh Danny Hoffmann (pelatih bulu tangkis) atau multiple sclerosis (MS) yang diderita oleh "Pepeng" Soebardi, dan sebagainya.

Sakit adalah konsep abstrak yang menunjuk adanya sensasi luka yang sifatnya pribadi (privat, personal) atau suatu stimulus berbahaya yang saat ini atau pada masa mendatang merusak jaringan tubuh.

Akibat dari stimulus sakit itu tentu saja tidak nyaman. Khususnya pada penderita penyakit akut, biasanya mereka mengalami perasaan-perasaan negatif, seperti gelisah, bingung, tidak nyaman, dan menjadi sensitif.

Dalam kesempatan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap beberapa orang yang pernah sakit serius (dirawat di rumah sakit), muncul berbagai ungkapan yang menunjukkan gambaran perasaan yang menyertai sakitnya itu.

Salah seorang mengatakan, "Orang sakit itu kan bukan hanya fisiknya. Seperti orang stroke itu bukan hanya fisiknya, tetapi ditambah lagi perasaan minder."
Yang lain bilang, "Orang kalau sakit itu seakan-akan sakitnya paling hebat. Butuh dilayani...."

Yang lain lagi mengatakan, "Orang sakit itu hatinya semakin peka, perasaannya peka." Ada yang sekadar mengatakan, "Sakit itu kan enggak enak…." Selebihnya mengatakan, "Yang aku inginkan adalah bagaimana perasaanku bisa tenang."

Pengalaman subyektif
Sakit merupakan pengalaman subyektif yang sulit dimengerti oleh orang lain, termasuk perawat. Hal ini digambarkan Copp (Baylor, 1982) dari hasil surveinya. Ia melaporkan, banyak pasien merasa bahwa para perawat tidak peduli terhadap respons sakit pasien.

Peneliti lain, Taylor, menyatakan bahwa pasien di rumah sakit menunjukkan gejala-gejala psikologis, terutama kecemasan dan depresi, sehingga tidak menutup kemungkinan kondisi psikologis ini justru akan memperparah sakit mereka.

Petrie (Baylor, 1982) melihat kenyataan adanya berbagai persepsi mengenai pengalaman sakit, ia mengembangkan gagasan membedakan individu sebagaiaugmenters atau reducers.

Augmenters adalah orang yang membesar-besarkan pengalaman sakit dan sebaliknya reducers adalah orang yang menganggap ringan pengalaman sakit. Perawat ataupun pasien, ada yang termasuk augmenters, ada yang reducers.

Kombinasi augmenters dan reducers pada perawat dan pasien dapat menghasilkan komplikasi dalam menjajaki dan menangani pasien dengan pengalaman sakit.
Meski umumnya kondisi sakit dirasa tidak menyenangkan, banyak pasien yang melaporkan bahwa pengalaman sakit dapat bernilai atau merupakan peristiwa yang bermakna.

Baylor mengutip pandangan seorang humanis, Joyce Travelbee, bahwa sakit dan penderitaan dapat menjadi aktualisasi diri jika seseorang dibantu untuk menemukan makna dalam pengalaman sakitnya.

Kok bermakna?
Banyak kisah sedih mengenai orang sakit. Khususnya mereka yang mengalami penyakit bertahun-tahun, penderitaan itu tentu dirasa tak kunjung selesai. Selain ada rasa sakit, ketidaknyamanan juga terjadi karena aktivitas fisik dan mental terhambat. Belum lagi jika kehilangan pekerjaan, kehilangan bagian tubuh tertentu karena penyakit diabetes, burger’s disease, dan sebagainya.

Tak jarang pasien putus asa hingga bunuh diri. Namun, kita pun tahu ada orang-orang yang mampu bertahan dan tetap optimistis menghadapi penyakit berat. Sungguh kita pantas memberikan acungan jempol, bahkan standing ovation.

Pentingnya spiritualitas
Spiritualitas adalah kata kunci yang membuat seseorang menemukan makna hidupnya. Tidak ada definisi yang mutlak untuk spiritualitas. Meski begitu, seorang penulis pada jurnal kesehatan di Inggris mencoba merangkum esensi spiritualitas dalam konteks kesehatan sebagai berikut:

"Spiritualitas adalah suatu kualitas yang melebihi afiliasi religius, yang membangkitkan inspirasi, penghormatan, perasaan kagum, makna, dan tujuan…. Dimensi spiritualitas meliputi usaha untuk menjaga harmoni dengan alam semesta dan berusaha keras menemukan jawaban-jawaban atas sesuatu yang tak terbatas dan menemukan fokus ketika seseorang menghadapi tekanan emosional, sakit fisik, dan kematian." (Foster, 2005).

Spiritualitas berkaitan erat dengan komitmen religius. Sejumlah studi menemukan kaitan antara komitmen religius dan keadaan tak sehat (morbidity, mortality) pada pasien dengan berbagai penyakit.

Di antara orang yang lebih sering mengunjungi tempat berdoa, jumlah kematian lebih sedikit dibandingkan yang tidak pernah mengunjungi tempat pelayanan doa (Puchalsky, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa spiritualitas atau komitmen religius sangat bermanfaat untuk kesehatan penderita sakit.

Puchalsky, praktisi dari George Washington University Medical Center, juga mengemukakan adanya hasil survei yang menunjukkan bahwa spiritualitas sangat penting bagi pasien. Kebanyakan pasien menginginkan dokter yang merawat mendiskusikan tentang keyakinan spiritual dengan mereka.

Hasil survei tersebut tampak sesuai dengan kenyataan. Banyak orang yang justru menemukan makna hidupnya melalui pengalaman sakit. Hal tersebut tampaknya terjadi karena mereka yang sakit, seperti halnya orang lain yang sedang menghadapi penderitaan atau kesulitan hidup lainnya, membutuhkan jawaban atas kondisi mereka yang terbatas. Mereka merindukan jawaban atas masalah yang tidak sanggup dihadapi sendiri dengan keterbatasannya.

Menemukan fokus
Dalam kondisi tak seimbang dengan penyakit yang diderita, seseorang dihadapkan pada kenyataan untuk menjaga harmoni dengan alam semesta, berusaha keras menemukan jawaban atas sesuatu yang tak terbatas, dan menemukan fokus ketika menghadapi tekanan emosional, sakit fisik, dan kematian.

Dari sini akhirnya lahirlah inspirasi, perasaan hormat dan kagum akan kehidupan, perasaan akan makna dan tujuan. Itulah spiritualitas yang berkembang dalam keadaan sakit!

Mengapa mereka berhasil menemukan spiritualitas semacam itu? Satu hal yang perlu disimak dalam kisah para tokoh publik di atas ialah bahwa dalam ketidakberdayaan itu mereka menemukan cinta yang sangat besar, terutama dari orang-orang terdekat, dan juga perhatian dari orang-orang lain yang mengenal mereka.

Cinta inilah yang merupakan sumber spiritualitas mereka. Cinta inilah yang memberikan inspirasi bagi mereka untuk tetap bertahan hidup, menemukan kekuatan, makna, dan tujuan.

Pada akhirnya kita dihadapkan pada pertanyaan: bagaimana nasib mereka yang tidak mendapatkan cinta sebesar itu? Mereka berharap dapat menemukan spiritualitas dari para dokter atau orang lain yang merawatnya.

Ketika tak ada jawaban dari mereka, mari kita berusaha lebih solider dengan mereka yang sakit dalam keadaan terpencil, kesepian, tanpa orang lain yang mengasihi. @

http://e-smartschool.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=519&Itemid=1
M.M Nilam Widyarini MSi
Kandidat Doktor Psikologi
Sumber : www.kompas.com

Kamis, 20 Mei 2010

SINAU WISATA TK - DAPENA _ DERMAGA





















Untuk lebih memperluas wawasan siswa siswi PG-TK DAPENA, mengadakan sinauwisata ke transportasi air, kapal feri dermaga Ujung - Kamal Surabaya, hal ini untuk lebih mengenalkan anak mengenai sistem transportasi pada umumnya serta transportasi air - penyeberangan kapal pada khususnya.

Pada kegiatan yang dilaksanakan hari senin, 18 Mei 2010 ini seluruh siswa siswi diajak naik kapal feri - menyeberang ke Pulau Madura, melalui dermaga Ujung - Kamal, pada kesempatan ini seluruh siswa mendapatkan penjelasan mengenai fungsi dan tugas masing2 crew person ( nahkoda-pramugari - crew ) kapal feri, serta pengetahuan penggunaan pelampung serta rompi keselamatan untuk penanggulangan apabila terjadi bencana pada kapal., para siswa siswi juga diajak melakukan feri tour dengan berkeliling kapal untuk melihat ruangan2 yang ada dalam kapal feri ini.

Kegiatan yang sangat bermanfaat ini terlaksana berkat dukungan dan partisipasi seluruh siswa, orang tua/wali, guru dan komite PG/TK Dapena.

Rabu, 12 Mei 2010

-Jadikan Komputer Sahabat Anak-




Jadikan Komputer Sahabat Anak


Seiring pergerakan zaman, tentunya kecanggihan teknologi seperti komputer sudah bukan barang mewah lagi. Bahkan melihat anak berumur 5 tahun demikian lancarnya bermain komputer sudah bukan penampakan aneh lagi. Bisa jadi malahan si buyung dan upik di rumah juga sudah lebih paham klak-klik mouse komputer dibandingkan Anda.

Komputer seakan menjadi 2 sisi mata uang yang total berbeda. Di satu sisi benda ini bisa membanjiri anak Anda dengan tambahan pengetahuan segudang, tapi di sisi lain, bahwa ia akan lebih asyik main komputer dibanding bergaul dengan teman seumurannya juga menjadi kekuatiran yang Anda simpan. Ketergantungan akan benda satu ini juga bisa menjadi masalah tersendiri.

Tasya (4) yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal program pendidikan dalam mengenal warna dan bentuk, sementara Rafi kini pintar matematika lantaran sering berlatih dengan bantuan komputer. Sedangkan di sisi lain, Dino (6 tahun) kini lebih sukai bergaul dengan komputer daripada dengan teman-temannya. Ia bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain games dan jadi malas sekolah.

Kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.

Pemagaran komputer

Sebenarnya kata pemagaran ini hanya sebagai ungkapan agar orang tua bisa membimbing anak memanfaatkan komputer tanpa harus membuat si anak terkena imbas negatifnya.

Yang harus dicermati mungkin adalah konsumsi games dan internet. Berbagai variasi games komputer kadang luput dari pengawasan orang tua. Padahal kadang games cukup sarat dengan unsur kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak. Untuk internet, mungkin ini menjadi masalah bagi buah hati Anda yang sudah beranjak semakin besar. Akses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet, seperti materi bermuatan seks dan kekerasan yang dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang.

Bahaya Kecanduan

Perlu diperhatikan juga, tidak hanya obat-obatan yang bisa mengakibatkan kecanduan, karena komputer pun bisa melakukan hal yang sama pada buah hati Anda. Pengaruh negatif kecanduan bermain komputer ini memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial. Lalu apa yang seharusnya Anda lakukan sebagai orang tua agar komputer tetap bisa bersahabat dan bukan menjadi musuh bagi anak? Perhatikan hal berikut..

Tegas

Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Buatlah kesepakatan dengan anak mengenai waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.

Kesempatan

Berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.

Mengawasi efeknya

Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak. Awasi hal ini untuk mencegah terganggunya fungsi indera buah hati Anda.

Selektif

Pilihlah software tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.

Safety

Harus aman. Perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya tegangan listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan CPU komputer.

Kenyamanan

Berikan meja atau kursi komputer yang ergonomis dan sesuai dengan bentuk serta ukuran tubuh anak. Buat buah hati Anda sedemikian halnya nyaman. Bentuk property yang tidak ergonomis bisa berpengaruh buruk pada perkembangan anatomi bentuk tubuh si anak.

Sosialisasi

Jangan sampai karena terlalu asik bermain komputer, anak jadi lupa bergaul dengan teman-teman sepantarannya. Tanamkan padanya bahwa komputer bukanlah satu-satunya aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan karena bermain dan sosialisasi dengan teman-teman juga tidak kalah menariknya.

Sumber: e-dukasi.net

http://e-smartschool.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=513&Itemid=1

- 10 Info Penting Untuk Guru -




10 Info Penting Untuk Guru


Untuk mempermudah dan membantu perkembangan hubungan yang positif antara guru dan anak anda, sebaiknya beritahu guru mengenai kebisaan atau kebutuhan khusus si kecil. Info-info yang terlihat sepele ini, sebetulnya amat bermanfaat, baik untuk pihak sekolah, murid, dan orang tua.

1.Mata pelajaran yang disukai

Beritahu mata pelajaran yang paling dikuasai dan disukai anak sehingga guru dapat lebih mendorong anak untuk mencapai prestasi yang maksimal.

2.Mata pelajaran yang sulit

Sampaikan pula mata pelajaran yang dirasa sulit bagi anak. Entah itu Matematika atau Bahasa Inggris. Dengan demikian guru tahu dan bisa memberi perhatian khusus padanya dan mencoba menolong mengatasinya.

3.Alergi

Sangatlah penting untuk memberitahu guru jika anak Anda menderita alergi terhadap makanan tertentu atau sesuatu dan sampai sejauh mana alergi itu mengganggu anak

4.Kesehatan

Informasikan kepada guru jika anak memiliki masalah kesehatan yang meminta perhatian khusus. Misalnya, anak menderita asma, epilepsi, diabet, atau anak harus minum obat tertentu pada jam-jam tertentu pula.

5.Kegiatan luar sekolah

Terangkan semua aktivitas yang dilakukan anak di luar jam sekolah sehingga guru akan mengerti kegiatan anak sehari-harinya.

6.Agama

Jika kebetulan keluarga Anda menganut suatu agama atau kepercayaan yang mengharuskan anak tidak masuk sekolah untuk mengikuti upacara/ritual tertentu atau berpantang tidak memakan sesuatu makanan, jangan lupa untuk menginformasikan semua ini kepada guru.

7.Masalah keluarga

Bila di dalam keluarga misalnya mempunyai adik baru, kematian salah satu anggota keluarga, perceraian antara orang tua, sebaiknya juga disampaikan pada guru. Masalah-masalah seperti itu umumnya mempengaruhi perilaku, perasaan, dan emosi anak.

8.Sesuatu yang sensitif

Beritahu pada guru jika anak Anda sangat perasa. Misalnya kepada bentuk badannya, berat badannya, penampilannya, bicara gagap, sifatnya amat pemalu, atau takut/trauma terhadap sesuatu (semisal trauma terhadap air sehingga ia kesulitan mengikuti mata pelajaran renang). Dengan demikian guru dapat berhati-hati dan menghindari terjadinya masalah.

9.Hobi

Kalau anak anda sangat menyenangi dan dapat bermain musik, jago basket, mungkin guru akan dapat memasukkannya ke dalam salah satu kegiatan di sekolah.

10. Tingkah laku

Informasikan semua sifat/tingkah laku, kebiasaan anak. Misalnya, anak cenderung jadi sangat menjengkelkan di sore hari, cepat merasa frustasi dengan suatu proyek yang dikerjakannya. Jelaskan pula apa usaha-usaha yang telah Anda lakukan untuk mengatasi masalah ini.

Sumber : Tabloid Nova (2006)

http://e-smartschool.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=512&Itemid=1