Selasa, 27 September 2011

Stress Teknologi? Apa dan Bagaimana Mengatasinya?

Kehadiran teknologi seharusnya bisa mengurangi stress karena bantuannya dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan. Akan tetapi ternyata teknologi bisa membuat stress penggunanya lho, terutama saat ia ngadat seperti ketika printer yang tidak terdeteksi atau tiba-tiba laptop berjalan seperti siput. Kamu pernah mengalaminya? Inilah yang dinamakan stress teknologi. Lantas apa sih yang bisa kita lakukan untuk mengatasi stress tersebut? Berikut sejumlah solusi yang bisa kamu terapkan.

1. Pelajari dasar-dasar pengoperasian komputer. Semakin kamu mengenali pirantimu dan cara bekerjanya, maka akan makin mudah bagimu dalam mengatasi masalah saat ia ‘ngadat’. Banyak permasalahan menyangkut komputer yang bisa diatasi jika si pengguna mempelajari tentang penyebabnya.

2. Jangan abaikan pesan pop-up yang muncul di layar. Segera evaluasi pesan error (error messages) tersebut, pelajari dan cari tahu kenapa pesan itu bisa muncul sehingga kamu bisa mengambil langkah-langkah untuk memperbaikinya sesuatu yang salah.

3. Ketahui daya tampung maksimal dari driver-driver dan program-program di dalam pirantimu. Meskipun ia dilengkapi dengan berbagai aplikasi dan aksesoris, namun ia tidaklah sempurna. Ingat, saat kamu mahir bagaimana cara meng-uninstall dan me-reinstall drivermu, maka saat ada masalah terjadi, kamu akan lebih cepat mengatasinya .

4. Rawat barang-barangmu dengan baik. Alih-alih kesal karena laptop berjalan lamban, ambillah waktu untuk men-defrag driver. Susunlah agar ‘jeroan’-nya efisien sehingga memiliki performa maksimal.

5. Istirahatlah sebentar. Bagi pengguna komputer kelas kakap, mereka terbiasa menatap monitor berjam-jam hingga tekanan darah melonjak. Untuk mengatasi hal ini, cobalah untuk memakai komputer senyaman mungkin. Ambil waktu break (istirahat) untuk melakukan gerakan fisik dan melenturkan otot-otot di sela-sela aktivitas ‘berkomputer’. Duduk dan menunggu pengunduhan atau peng-uploadan bisa mengakibatkan kamu merasa stress.

Sumber: ehow [dew / Internet Sehat]

Terlalu Eksis di Facebook Bisa Picu Stres?


Memiliki teman yang banyak di Facebook tidak selamanya menguntungkan bagi si pemilik akun. Hati-hati lho… Karena sebuah studi menemukan bahwa seseorang yang populer di Facebook malah rentan merasakan stres dibanding mereka yang tidak terlalu tenar. Mengapa demikian?

Sebuah tim di Edinburgh Napier University mengumpulkan hasil survey online dari 175 pelajar mengenai perasaan mereka terkait penggunaan Facebook. Dari responden yang diteliti, tiga perempatnya adalah wanita.

Survey tersebut menghasilkan data bahwa mereka yang eksis di Facebook alias memiliki teman terbanyak dan menghabiskan waktu paling lama di Facebook, adalah mereka yang paling dekat dengan kata stres. Gambaran berikut mungkin menjelaskan alasan kenapa demikian.

Dikatakan oleh ketua tim Dr. Kathy Charles, penggunaan Facebook bagaikan saluran berita mini tentang diri penggunanya sendiri. Semakin banyak orang maka kamu semakin merasa bahwa di luar sana ada pemirsa. Kamu seolah-olah menjadi artis dan semakin besar pemirsamu maka tekanan untuk menghasilkan sesuatu tentang dirimu sendiri akan makin kuat.

Sebanyak 12% dari responden mengatakan mereka merasa gelisah. Responden-responden tersebut memiliki rata-rata 117 teman, sedang responden sisanya hanya memiliki rata-rata 75 teman. Kegelisahan juga muncul saat mereka ingin berhenti dari Facebook karena adanya ketakutan akan kehilangan informasi sosial atau takut dibilang menyinggung temannya. Seperti gambling, Facebook ‘membelenggu’ penggunanya dalam neurotic limbo, tidak tahu menahu apakah mereka berada di sana hanya sekedar untuk tidak ketinggalan sesuatu yang bagus.

Meski begitu, hasil studi di atas diragukan oleh sejumlah ahli. Eleanor Barlow, seorang pakar cyberpsychology di IBM mengatakan temuan tersebut memang menarik namun tidak seharusnya diimplikasikan ke populasi Facebook yang lebih luas. Hal ini dikarenakan para pelajar memakai Facebook dengan cara yang berbeda-beda.

Sumber: Telegraph [dew] by

Ini Dia, 5 Fakta Unik Tentang Facebook


Dengan lebih dari 600 juta pengguna aktif Facebook, banyak sekali studi yang dilakukan oleh berbagai pihak berkaitan dengan penggunaan situs jejaring populer tersebut. Studi-studi ini membuat kita mengenal lebih dalam tentang bagaimana orang ‘memperlakukan’ Facebooknya dan bagaimana ia berdampak pada hubungan yang mereka jalin di kehidupan nyata. Ini dia contohnya.. :)

1. Facebook mengkonfirmasikan bahwa konten berbau seks ‘menjual’ di Facebook. Dari bulan Februari hingga Mei 2010, ahli media sosial Dan Zarrella memproses 12.000 link yang mengarah ke situs berita dan blog. Ia ternyata menemukan bahwa link tentang seks banyak di-share di Facebook, yakni sebesar 90% dibandingkan subjek-subjek lain.

2. Mereka yang berpacaran di Facebook, lebih bahagia dibandingkan yang single. Pada bulan Februari tahun lalu, Facebook pernah membandingkan status hubungan user dengan kebahagiaan mereka, dilihat dari konten positif dan negatif di update-an Facebook mereka. Hasilnya, mereka yang sedang menjalin hubungan cinta, diketahui lebih bahagia dibanding yang single. Begitu juga dengan yang menikah atau bertunangan, terlihat lebih senang dibanding dengan yang jomblo.

3. Sebanyak 21% user putus via Facebook. Survey di bulan Juni 2010 yang meneliti sebanyak 1.000 pengguna Facebook, menemukan bahwa 25% dari mereka telah diputuskan via Facebook. 21% yang disurvey mengatakan bahwa mereka lebih senang mengakhiri hubungan asmara dengan mengubah relationship status menjadi ‘single’. Studi tersebut juga menguak fakta bahwa 9% wanitalah yang berinisiatif mengakhiri hubungan melalui Facebook, sedang pria prosentasenya lebih banyak yakni 24%.

4. Sekitar 85% wanita merasa terganggu dengan teman-teman Facebooknya. Dari gangguan yang mereka rasakan, aksi mengeluh setiap saat yang dilakukan teman-teman mereka di Facebook menjadi hal yang paling menyebalkan (63%). Facebooker lain mengatakan, berbagi sudut pandang mengenai politik juga dirasa menggangu (42%) dan membual mengenai kehidupan yang seolah-olah sempurna juga membuat mereka tidak nyaman (32%).

5. Sebanyak 48% orang mengaku terlalu sering ‘mengintip’ profile mantannya. Sebanyak 48% responden yang disurvey pada bulan Januari oleh YouTango mengaku bahwa mereka terlalu sering mengintio Facebook dan situs jejaring sosial lainnya milik si mantan. Apakah termasuk Anda?

Sumber: CNN[dew / Internet Sehat]

Kamis, 22 September 2011

10 Kiat Agar Ponsel Murid dan Anak Tidak Digerogoti Konten Porno

Peredaran konten seksual di ponsel bisa ‘meracuni’ siapa saja, tak terkecuali anak-anak atau murid-murid. Sebelum pikiran buah hati kita menjadi tercemar dengan kata-kata atau gambar tak senonoh tersebut, ada baiknya para orang tua dan guru membantu memagari mereka.

Bagi Orang Tua / Guru :

  1. Mulailah memberi pengertian kepada anak/murid tentang fenomena penyebaran konten porno via ponsel. Namun bukan berarti Anda lantas menghardik mereka. Intinya adalah jalin komunikasi awal yang baik dan nyaman dengan si anak/murid.
  2. Jika anak/murid Anda kedapatan memiliki atau saling berkirim konten porno via ponselnya, segera suruh mereka hentikan hal itu. Jelaskan kepada mereka bahwa memiliki atau menyebarkan konten seksual lewat ponsel merupakan pelanggaran hukum dan berisiko terhadap sesuatu yang tidak baik.
  3. Usahakan tidak membelikan ponsel yang canggih atau multimedia kepada Anak. Semakin canggih ponselnya, semakin mudah konten-konten yang tidak sepantasnya masuk dan tersimpan rapi di ponsel tersebut.
  4. Anda juga harus tetap mengikuti perkembangan teknologi. Situs sosial dan software/aplikasi jejaring sosial apa yang tengah digandrungi dan diinstal/terinstal di ponsel murid/anak dan pelajari ancaman-ancamannya.
  5. Lakukan razia isi ponsel secara berkala. Razia berhak dan bisa dilakukan oleh pihak sekolah dari kelas ke kelas, atau dengan melarang ponsel masuk ke dalam kelas dan mengumpulkan/menitipkannya di ruang tertentu agar mudah diperiksa secara acak. Razia juga berhak dan bisa dilakukan oleh orangtua ketika di rumah, apalagi jika memang ponsel dan biaya pulsa anak masih ditanggung oleh orangtua.

-

Bagi Anak / Murid :

  1. Jika mendapat foto/kalimat porno di ponsel, jangan lantas menyebarkannya ke orang lain meskipun ke teman-teman dekat Anda. Mungkin pada awalnya mereka melakukan itu karena iseng, tapi ulah iseng-isengnya itu bisa menjadi senjata makan tuan suatu saat nanti. Seperti tertangkap saat razia di sekolah atau lainnya.
  2. Jangan takut untuk menjalin komunikasi dengan orang tua atau sosok yang lebih dewasa lain mengenai masalah konten porno via ponsel ini. Yakinkan para orang tua bahwa mereka tidak perlu paranoid .
  3. Jika mendapat konten porno dari teman atau orang yang Anda kenal, berilah pengertian bahwa perbuatan mereka itu berbahaya dan melanggar hukum.
  4. Jika aksi nakal teman Anda tersebut masih belum berhenti, ada baiknya jika Anda dengan orang tua ataupun guru berbicara langsung dengan orang tua anak tersebut.
  5. Jangan menyimpan materi tak senonoh (pornografi, sadisme, dll) apapun di dalam ponsel Anda. Langsung hapus seketika ketika Anda menerimanya dari manapun, disengaja ataupun tidak!

Sumber: diolah dari detikINET dan Connect Safely by

Do & Don’t, Aturan Facebook-an untuk Guru

Jejaring sosial, entah itu Facebook atau Twitter dan situs-situs lain seperti YouTube atau layanan Skype sangat akrab dengan anak muda. Bagi guru hal ini bisa dimanfaatkan untuk menjalin hubungan baik dengan murid dan membantu mereka dalam mengerjakan tugas sekolah.

Akan tetapi harus diingat, tidak semua hal boleh dilakukan di Facebook. Ini untuk menghindari kejadian tidak mengenakkan dan agar hubungan guru-murid tetap terjaga. Berikut sejumlah tips yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh guru saat ber-Facebook ria.

Do:

  • Pisahkan halaman (page) Facebook pribadi Anda dengan halaman yang Anda buat sebagai seorang guru.
  • Jika murid Anda ingin berteman dengan Anda di Facebook, tempatkan di halaman guru.
  • Postinglah foto-foto tentang sekolah/pelajaran/perjalanan. Hal ini akan mengingatkan murid akan hal-hal yang terkait dengan sekolah.
  • Buat group untuk kelas yang Anda ajar. Dengan group tersebut, doronglah murid-murid untuk bertanya mengenai PR sekolah. Bantu mereka dengan mengadakan diskusi dan group wall. Identitas dan rasa memiliki sangat penting dalam proses belajar.
  • Pastikan group yang Anda buat tertutup, sehingga orang harus me-request dulu sebelum bergabung di group tersebut. Dengan langkah ini, Anda bisa memilih dengan bijak siapa-siapa saja yang boleh bergabung.
  • Bergabunglah dengan group-group lain yang terkait dengan sekolah. Hal ini bisa membuat Anda mengetahui apa yang diposting oleh para murid.
  • Postingan yang Anda buat sebaiknya bernilai positif.
  • Gunakan layanan status untuk menginformasikan para murid tentang kebijakan di sekolah.
  • Bermain game-game sederhana bersama para murid di Facebook bisa mempererat hubungan guru-murid.
  • Jika murid Anda ada yang berulang tahun, jangan segan-segan mengucapkannya di Facebook. Ini menunjukan kepedulian Anda.

Don’t:

  • Jangan ngobrol di FB chat untuk menghindari tuduhan yang tidak mengenakkan. Selain itu Anda tidak bisa menyimpan jejak chat yang Anda lakukan.
  • Jangan meng-add murid-murid Anda duluan.
  • Jangan mengirimkan pesan (message) pada mereka kecuali untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Pastikan semuanya terbuka dan bisa dibaca siapa saja. Jika mereka mengirimi Anda pesan di message, balas saja di wall.
  • Jangan melihat foto-foto murid-murid Anda kecuali profile picture. Jika Anda melihat foto yang tidak pantas dan melaporkannya maka hal ini akan merusak hubungan Anda dengan murid. Facebook bukanlah tempat untuk memonitor, dekati murid secara personal untuk memberitahukannya.
  • Jejaring sosial di sekolah bukan ajang untuk kritik. Dengan kehadiran Anda sebagai guru, usahakan untuk merepresntasikan kepemimpinan dan moral.

Sumber: Heppell [dew]

Kamis, 15 September 2011

Facebook Berpengaruh Besar dalam Hidup Remaja Perempuan


[Internet Sehat] Keberadaan Facebook ternyata memiliki arti yang sangat penting bagi remaja perempuan. Bisa dikatakan, Facebook tak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka karena pengaruhnya yang sangat besar.

Pengaruh yang diberikan oleh situs jejaring besutan Mark Zuckerberg ini lebih besar dibandingkan media lain. Data ini mengacu pada sebuah survey yang dilakukan oleh National Family Week, MSPCC dan Women’s Institute di Inggris pada bulan April 2010.

Survey yang diadakan pada 3.000 orang tua dan 1.000 anak berusia antara 8-15 tahun ini menemukan fakta bahwa sebanyak 40% remaja perempuan menjadikan Facebook sebagai salah satu dari 3 hal terpenting dalam kehidupan mereka. Angka ini jauh lebih besar dari remaja laki-laki yang hanya mencapai angka 6% saja.

Survey ini memperlihatkan betapa Facebook sangat krusial bagi kehidupan sosial mereka. Remaja perempuan ini melihat bahwa Facebook lebih berpengaruh dibandingkan hal lain seperti televisi, majalah, artis bahkan saudara sendiri. Dan ketika ditanya mengenai 3 hal terpenting dalam kehidupan mereka, 3 pilihan paling atas yang disebutkan oleh remaja perempuan ini adalah teman, keluarga dan Facebook.

Sedang bagi remaja laki-laki, keluarga menjadi pilihan yang jauh lebih penting. Sebanyak 73% remaja laki-laki memilih keluarga, angka yang lebih tinggi dibanding dengan remaja perempuan yang hanya 53% dari mereka yang memilihnya. Bagi cowok, situs jejaring sosial tidak terlalu penting bagi mereka, hanya 6% saja yang memilihnya. Bandingkan dengan 40% remaja perempuan yang menjawab bahwa situs jejaring social itu penting.

Remaja perempuan juga diketahui percaya bahwa teknologi dalam bentuk situs jejaring dan ponsel, berpengaruh besar dalam kehidupan mereka, terutama yang hidup dengan single mother. Remaja perempuan menyebutkan 3 pengaruh besar dalam kehidupan mereka ialah orang tua, guru dan teknologi, di mana remaja laki-laki menyebutkan keluarga, teman dan sekolah.

Angka-angka yang keluar dari penelitian ini tentunya bertentangan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Facebook di mana mereka melarang anak-anak di bawah usia 13 tahun untuk mendaftar di Facebook.

Melihat hasil di atas, survey tersebut mengklaim bahwa orang tua telah gagal dalam menjaga anaknya dalam hal penggunaaan teknologi dan memandang remeh keberadaan teknologi dalam kehidupan anak-anaknya. Nah, Anda tidak ingin menjadi bagian dari para orang tua tersebut bukan? Jadi usahakan untuk selalu mengontrol buah hati Anda agar mereka tetap dalam kadar yang sewajarnya terkait pemakaian teknologi dan situs jejaring. [Internet Sehat]

Sumber: BBC[dew]

7,5 Juta Pengguna Facebook Masih di Bawah Umur


Tahukah Anda bahwa jutaan pengguna Facebook ternyata adalah anak-anak di bawah umur yang seharusnya tidak ‘diijinkan’ Facebookan? Mengacu pada survey yang digelar oleh Consumer Reports, dari 20 juta remaja yang aktif Facebook-an, 7,5 juta di antaranya berusia di bawah 13 tahun dan yang berusia di bawah 10 tahun memiliki jumlah sebanyak lebih dari 5 juta anak. Ironisnya, Facebook sendiri mengeluarkan kebijakan bahwa penggunanya haruslah mereka yang berusia 13 tahun ke atas saja.

Studi lainnya yang dilakukan McAfee pada 2010 menemukan bahwa 37 persen anak berusia 10 hingga 12 tahun sudah memakai Facebook. Sementara studi yang dirilis pada bulan April dari London School of Economics EU Kids Online mengungkapkan bahwa 38 persen anak-anak Eropa berusia 9 hingga 12 tahun merupakan pengguna aktif situs jejaring sosial, di mana satu dari lima diantaranya memakai Facebook.

Survey tersebut dan survey-survey yang digelar oleh pihak-pihak lain dengan hasil serupa tentu saja mengundang keprihatinan karena ternyata sebagian besar orang tua tidak terlalu memperhatikan hal ini. Penggunaan Facebook oleh anak-anak tanpa pengawasan dan edukasi yang baik akan membawa anak-anak dan bahkan anggota keluarga lainnya ke risiko keamanan hingga privasi. Masih menurut Consumer Reports, di tahun lalu sebanyak lebih dari 5 juta keluarga di Amerika mengalami kasus-kasus seperti infeksi virus, pencurian identitas dan bullying akibat penggunaan Facebook.

Tak kurang akal pihak Facebook memerangi pembohongan umur yang dilakukan anak-anak saat mendaftar di situs jejaring populer ini meskipun disadari solusinya tidak gampang. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan memakai cookie yang akan mendeteksi tahun kelahiran si pendaftar. Jika diketahui usia mereka di bawah 13 tahun, maka Facebook akan mencegah mereka untuk mendaftar. Facebook juga memakai laporan yang masuk dari user dalam melacak pengguna di bawah umur untuk kemudian menghapus akunnya. Akan tetapi pihak Facebook sendiri serta para ahli mengakui, cara-cara tersebut jauh dari sempurna.

Mengetahui sulitnya mengatasi pembohongan umur para pendaftar Facebook dan mencegah anak-anak di bawah usia 13 tahun untuk tidak memiliki akun, banyak yang menganjurkan bahwa edukasi pada anak-anak adalah langkah pengaman yang tepat. Facebook menganjurkan pada berbagai elemen, dari mulai orang tua, guru hingga penyedia layanan internet untuk berfokus pada hal ini demi keamanan anak-anak. Pembekalan yang matang serta komunikasi yang baik mengenai pemakaian internet dengan sehat pada anak-anak adalah sesuatu yang vital.

Facebook sendiri mengeluarkan kebijakan pelarangan user di bawah 13 tahun untuk tidak memiliki akun atas dasar hukum Children’s Online Privacy Protection Act (COPPA). Hukum tahun 2008 ini meminta situs untuk memiliki parental permission sebelum situs terkait menggunakan data yang disediakan oleh anak-anak di bawah usia 13 tahun.

Sumber: Cnet [dew / Internet Sehat]

Survei: Perlu Edukasi tentang Privasi Online di Sekolah


Layanan jejaring sosial kian menjamur. Di lain sisi, remaja terlalu banyak mengumbar data pribadinya secara online, sementara layanan jejaring sosial dinilai belum mampu melindungi privasi mereka.

Demikian hasil survey online yang dirilis Common Sense Media, dengan melibatkan 2.100 orang dewasa antara 13 – 16 Agustus serta 401 orang remaja berusia 15 – 18 tahun antara 18 – 20 Agustus lalu.

Dari survey terungkap bahwa 92 persen orangtua berpendapat bahwa anak mereka terlalu banyak mengumbar informasi pribadi di internet. Tiga dari empat orangtua menilai bahwa layanan jejaring sosial belum mampu melindungi privasi anak. Mayoritas orangtua merasa bahwa mesin pencari dan jejaring sosial tidak perlu men-share lokasi fisik seorang anak kecuali jika orangtuanya sudah menyetujuinya.

Hanya setengah dari orangtua yang disurvei mengaku bahwa mereka membaca “term of service” sebuah website, meskipun sebagian besar mengaku akan membacanya jika tulisannya lebih pendek dan jelas. Dan 69 persen orangtua menilai bahwa privasi online seharusnya menjadi tanggung jawab bersama baik individu maupun perusahaan online.

Dari sisi anak, 79 persen remaja menilai bahwa teman-teman mereka terlalu banyak membagi info pribadi di Web. Sebanyak 58 persen remaja takut kalau mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan atau masuk ke sekolah favorit mereka jika mengumbar informasi pribadi terlalu banyak di internet. Sekitar 70 persen remaja mengaku proaktif melindungi privasi online mereka dengan memanfaatkan pengaturan privasi.

Sebagai solusinya, berdasarkan hasil survey, 60 persen mengatakan pemerintah perlu memperbarui undang-undang privasi online untuk anak-anak dan remaja. Hampir 90 persen menyatakan akan mendukung undang-undang yang mengharuskan perusahaan-perusahaan online harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum menggunakan informasi pribadi anak untuk tujuan pemasaran.

Selain itu, para orangtua menganggap perlunya edukasi tentang privasi online. Hasil survey mengatakan 70 persen orangtua berharap agar sekolah dapat mengajarkan muridnya tentang pentingnya menjaga privasi online.

Berikut ini beberapa saran untuk orang tua terkait menjaga privasi anak, antara lain:
* Pastikan anak selalu menggunakan pengaturan privasi sehingga mereka tidak mudah dicari di Facebook dan jejaring sosial lainnya.
* Beritahu anak agar tidak mengumbar lokasi tempat tinggal mereka di situs-situs seperti Foursquare, karena ini bisa mengekspos anak untuk dieksploitasi orang asing.
* Ingatkan anak untuk tidak sembarangan mengisi kuesioner, mengikuti kontes online, mengisi form dengan iming-iming hadiah gratis. Sebab, meski tidak semuanya, teknik ini banyak dipakai semata-mata untuk mengambil informasi pribadi untuk alasan pemasaran.
* Selalu review tawaran, form, dan halaman login apapun yang mengharuskan anak menginputkan informasi pribadi.

Sumber: Cnet [dew / Tim Internet Sehat]

Selasa, 06 September 2011

Fungsi Kombinasi Tombol CTRL dari A hingga Z


Fungsi Kombinasi Tombol CTRL dari A hingga Z - Bekerja dengan bantuan komputer tentunya sudah menjadi kebiasaan setiap orang pada umumnya, tak terkecuali juga kita. Pernahkah kita berfikir bahwa suatu saat nanti komputer tidak mau lagi membantu kita menyelesaikan pekerjaan..???
Langsung saja ke pokok bahasan kita mengenai fungsi tombol CTRL + ( A-Z ). Kombinasi tombol Ctrl + ( A-Z ) juga berfungsi sebagai cara cepat dan praktis untuk membuka perintah tertentu, seperti trik Kombinasi Tombol CTRL dari A hingga Z berikut ini:
CTRL + A memblok seluruhan teks
CTRL + B menebalkan teks
CTRL + C meng Copy teks
CTRL + D membuka menu/kotak dialog Font
CTRL + E meratakan teks ke tengah
CTRL + F membuka menu/kotak dialog Find and Replace
CTRL + G membuka menu/kotak dialog Find and Replace
CTRL + H membuka menu/kotak dialog Find and Replace (tab Replace)
CTRL + I membuat format teks menjadi miring
CTRL + J membuat format teks menjadi rata kanan & kiri
CTRL + K membuka menu/kotak dialog Insert Hyperlink
CTRL + L membuat format teks menjadi rata kiri
CTRL + M menggeser First Line Indent dan Left Tab pada mistar dokumen
CTRL + N membuka/membuat dokumen baru
CTRL + O membuka menu/kotak dialog Open
CTRL + P membuka menu/kotak dialog Print
CTRL + Q menghilangkan nomor urut
CTRL + R membuat format teks menjadi rata kanan
CTRL + S menyimpan dokumen
CTRL + T menggeser Left Tab pada mistar dokumen
CTRL + U membuat format teks menjadi bergaris bawah
CTRL + V menampilkan hasil teks yang sudah di copy atau cut
CTRL + W menyimpan dan langsung menutup program ms. Office yang di pakai
CTRL + X memotong teks (teks terlebih dahulu di blok)
CTRL + Y mengulang/meneruskan kembali aktivitas yang dibatalkan
CTRL + Z membatalkan aktivitas terakhir