Sabtu, 30 Mei 2009

Juara II di Robotic & Technological event











Wakil SMP Dapena 1 - Juara II Jatim ( robotic & microcontroller event ) dalam kejuaraan tingkat smp di jawa timur February roo9 yang lalu. 

Jumat, 29 Mei 2009

HARAPAN ORANG TUA - PENDIDIKAN DINI ???


Anak-anak yang digegas
Menjadi cepat mekar
Cepat matang
Cepat layu...
Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan
pendidikan yang baik. Tamankanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kotahingga ke desa. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah perbulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan pintar
berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan
yang terkadang menguras isi kantung orangtua ...

Captive market I
Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Disamping ketidak patutan yang dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuannya!

Anak-Anak Yang Digegas...
Adabeberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak. Di antaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual secara dini. Akibatnva bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-
kecakapan akademik dl dalam dan di luar sekolah. Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini
terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra scorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk HarvardCollege walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian ? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang
begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada bcberapa waktu silam. Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada scorang anak perempuan bernama Edith.. Terjadi pada tahun 1952, dimana
seorang Ibu yang bemama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya sejak si anak masih benapa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya
telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan mcnggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh
mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 6 tahun ia membaca enam buah buku dan Koran New York
Times setiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15 lahun la menjadi guru matematika di Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun khabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia mcnjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa. Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil mengguncang dunia dengan pcnemuannya. Di saat mereka kecil mereka hanyalah anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. Seperti halnya Einsten yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun. Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa depan sangat ditentukan oleh faktor kogtutif. Otak memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyak orangtua dan para pendidik tergoda untuk melakukan "Early Childhood Training". Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasanmya. Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids). Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja. Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang dimana-rnana, di Indonesia... .

"Early Ripe, early Rot...!"
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1960 di Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidak segera mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka mereka akan kehilangan "peluang emas" bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke Taman anakKanak (Pra Sekolah). TamanKanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula. Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amcrika sudah dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "Era Headstart" merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu optimis untuk membelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka (tiada berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang anak, apa
yang mereka butuhkan dan inginkan sebagai anak. Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome Bruner, seorang psikolog dari HarvardUniversityya ng menulis sebuah buku terkenal "The Process of Education" pada lahun 1960, la menyatakan bahwa kompetensi anak untuk belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang mereformasi kurikulum pendidikan di Amerika. "We begin with the hypothesis that any subject can be taught effectively in some intellectually honest way to any child at any stage of development" . Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikan oleh banyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dan cepat busuk... early ripe, early rot! Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD. Di rumah para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitu
mengajarkan sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn Doman menuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi membaca. Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep "kesiapan-readiness " dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang mendapat banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang "biological
limitiions on learning'. Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan intervensi dini dan rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap belajar apapun. Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolah
membuat anak-anak menjadi cepat mekar. Anak-anak menjadi "miniature orang dewasa". Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah sebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa, berlaku pun juga seperti orang dewasa. Di sisi lain media pun merangsang anak untuk cepat mekar terkait dengan musik, buku, film, televisi, dan internet. Lihatlah maraknya program teve yang belum pantas ditonton anak-anak yang ditayangkan di pagi atau pun sore hari. Media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar orang dewasa. sebagai seksual promosi yang menyesatkan. Pendek kata media telah memekarkan bahasa, berpikir dan perilaku anak tumbuh kembang secara cepat.
Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak? Apakah faktor emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti halnya kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya sendiri yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja anak terlihat berpenampilan sebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidak seperti orang dewasa. Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di semua hal. Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya kecerdasan (intelektual) anak. Oleh karena perkembangan
emosi lebih rumit dan sukar, terkait dengan berbagai keadaan, Cobalah perhatikan, khususnva saat perilaku anak menampilkan gaya "kedewasaan ", sementara perasaannya menangis berteriak sebagai "anak". Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anak laki-laki "Heintje" di era tahun 70-an...

I'm Nobody'S Child
I'M NOBODY'S CHILD
I'M nobody's child I'm nobodys child
Just like aflower I'm growing wild
No mommies kisses
and no daddv's smile
Nobody's louch me I'm nobody's child

Dampak Berikutnya Terjadi... ketika anak memasuki usia remaja Akibat negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasuki usia remaja. Mereka tidak segan-segan mempertontonkan berbagai macam perilaku yang tidak patut. Patricia 0' Brien menamakannya sebagai "The Shrinking of Childhood'. " Lu belum tahu ya... bahwa gue telah melakukan segalanya", begitu pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun kepada teman-temannya. "Gue tahu apa itu minuman keras, drug, dan seks " serunya bangga. Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan bagaimana pengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai gangguan kepribadian dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua menjadi cepat mekar.... kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan! Sementara anak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan untuk berkembang, .... sebuah proses dalam kehidupannya ! Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke atas yang berkarier di luar rumah tidak menuliki waktu banyak dengan anak-anak
mereka. Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia lebih mengandalkan tenaga "baby sitter" sebagai pengasuh anak-anaknva. Colette Dowling menamakan ibu-ibu muda kelompok ini sebagai "Cinderella Syndrome" yang senang window shopping, ikut arisan, ke salon memanjakan diri, atau menonton telenovela atau buku romantis. Sebagai bentuk ilusi rnenghindari kehidupan nyata vang mereka jalani. Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di
lembaga pendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai Ies, dan mengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyi cilik, lomba model ini dan itu. Paraorangtua ini juga sangat bangga jika anak-anak mereka superior di segala bidang, bukan hanya di sekolah. Sementara orangtua yang sibuk juga mewakilkan diri mereka kepada baby sitter terhadap pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikuti pendidikan parenting di Iembaga pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang tua.

ERA SUPERKIDS
Kecenderungan orangtua menjadikan anaknva "be special " daripada "be average or normal sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak mereka menjadi "to exel to be the best". Sebetulnya tidak ada yang salah. Nanun ketika anak-anak mereka digegas untuk mulai mengikuti berbagai kepentingan orangtua untuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam kegiatan, seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa, renang, basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, dan banyak lagi lainnya...maka lahirlahanak-anak super---"SUPERKIDS' ". Cost merawat anak supcrkids ini sangat mahal. Era Superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua saling berkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya "earlier is
better". Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam pengetahuan ke dalam diri anak mereka, maka itu akan semakin baik. Neil Posmant seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anak tercabut dari masa kanak-kanaknya, maka lihatlah...ketika anak-anak itu menjadi dewasa, maka ia akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan! BERBAGAI GAYAORANGTUA Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan
berbagai gayaorangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan -"miseducation" terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya. Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gayaorangtua dalam pengasuhan, antara lain:

Gourmet Parents-- (ORTU B0RJU)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah bagus, mobil mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gaya hidup kebarat-baratan. Apabila menjadi orangtua maka mereka akan cenderung merawat anak-anaknya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuh dengan ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahu isu-isu mutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang baik seperti halnya membangun karier, maka "superkids" merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagai orangtua. Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknva baju-baju mahal bermerek terkenal, memasukkannya ke dalam program-program eksklusif yang prestisius. Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak tamasya keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek mobil terkenal, maka itulah sekolah dimana banyak kelompok orangtua "gourmet " atau- kelompok borju menyekolahkan anak-anaknya. College Degree Parents --- (ORTU INTELEK) Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah keatas. Mereka sangat pcduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan
diri dalam berbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat majalah dinding, dan kegiatan ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka "Superkids", Apabila si anak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi.
Terkadang mereka juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai buku bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan dalam banyak hal mereka
banyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah,

Gold Medal Parents --(ORTU SELEBRITIS)
Kelompok ini adalah kelompok orangtua Yang menginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke berbagai kompctisi dan gelanggang. Adagelanggang ilmu pengetahuan seperti Olimpiadc matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia . Adajuga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih kemenangan dan merijadi "seorang Bintang Sejati ". Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi
"Sang Juara", mulai dari juara renang, menyanyi dan melukis hingga none abang cilik kelika anak-anak mereka masih berusia TK. Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padangpuluhan anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu di mulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acara yang
molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta.Anak- anak mulai resah, berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi mascara mata kecil mereka. Paraorangtua masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar. Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagai pemenang. Sementara pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipas kertas.Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku ambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an seorang gadis kecil pesenam usia TK rnengalami kelainan tulang akibat ambisi ayahnya yang guru olahraga.. Atau kasus "bintang cilik" Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa kanak-kanaknya.Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba hingga menjadi penghuni penjara. Atau bintang cilik dunia Heintje yang setelah dewasa hanya menjadi pasien doktcr jiwa. Gold medal parent menimbulkan banyak
bencana pada anak-anak mereka! Pada tanggal 26 Mei lalu kita sasikan di TV bagaimana bintang cilik "Joshua
" yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya.. Orangtua Joshua berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang bintang dengan kembali menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita tentu masih ingat bagaimana lucu dan pintarnya.Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Dia muncul di TV sebagai anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama kepala negara. kemudian di usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagum bagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja di salon dapat membentuk dan menjadikan anaknya seorang "superkid "
--seorang penyanyi sekaligus seorang bintang film,.... Do-it Yourself Parents Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional dibidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah., di Posyandu dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya "Superkids"- -earlier is better". Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang
bersih.

Outward Bound Parents--- (ORTU PARANOID)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka Iebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat-tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima konsep "Superkids " Mereka
mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya "Karate, Yudo, pencak Silat" sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka
terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat situasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi "steril" dengan lingkungannya.

Prodigy Parents --(ORTU INSTANT)
Merupakan kelompok orangtua yang sukscs dalam karier namun tidak memiliki pendidikan yang cukup. Merceka cukup berada, narnun tidak berpendidikan yang baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat scmata. Oleh karena itu mercka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya. 'Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat
dan sukses seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocok diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu mereka sangat mudah terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah. Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat mereka sukai. Misalnya buku tentang "Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca" karangan Glenn Doman, atau "Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika " karangan Siegfried, "Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang " karangan Therese Engelmann, dan "Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca Dalam Waktu 6 Hari " karangan Sidney Ledson

Encounter Group Parents--(ORTU NGERUMPI)
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya. Mereka menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalam membina hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnya kelompok ini sering melakukan
ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan berbagai perilaku "gang ngrumpi" yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehingga mengabaikan fungsi mereka
sebagai orangtua. Atau pun jika mereka memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi kepada kepentingan kelompok mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikan anak-anak mereka sebagai "Superkids" juga sangat diharapkan. Namun banyak dari anak-anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan. Namun banyak dari anak-anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.

Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka cendcrung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka dengan penuh dukungan. Kelompok ini tidak berpeluang menjadi oraugtua yang melakukan "miseducation " dalam merawat dan mengasuh anak-anaknva. Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuh perhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang tua. Mereka memenuhi rumah tangga mercka dengan buku-buku, lukisan dan musik yang disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat dan menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka
untuk tumbuh mekar segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah yang menyebabkan. Kehangatan hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada
anak untuk percaya diri dan antusias dalam kehidupan belajar. Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang menjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anak mereka. Mercka bcgitu yakin bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri keistimewaan yang dimilikinya. Dengan kata lain mereka percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatan didirinya. Bagi mereka setiap anak adalah benar-benar
seorang anak yang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik!

KAMU HARUS tAHU BAHWA TIADA SATU PUN YAN6 LEBIH TIN66I, AtAU LEBIH KUAT, ATAU LEBIH BAIK, ATAU PUN LEBIH BERHARGA DALAM KEHIDUPAN NANTI DARIPADA KENAN6AN INDAH TERUTAMA KENAN6AN MAN1S DI MASA KANAK-KANAK. KAMU MENDEN6AR BANYAK HAL TENTAN6 PENDIDIKAN, NAMUN BEBERAPA HAL YAN6 INDAH, KENAN6AN BERHARGA YANG TERSIMPAN SEJAK KECIL ADALAH MUNGKIN ITU PENDIDIKAN YANG TERBAIK. APABILA SESEORANG MENYIMPAN BANYAK KENAN6AN INDAN DI MASA KECILNYA, MAKA KELAK SELURUH KEHiDUPANNYA AKAN TERSELAMATKAN. BAHKAN APABILA HANYA ADASATU SAJA KENAN6AN 1NDAH YAh'6 TERSIAMPAN DALAM HATI KITA, h1AKA ITULAH KENAN6AN YAN6 AKAN MEMBERIKAN SATU HARI UNTUK
KESELAMATAN KITA"-DESTOYEVSKY' S BROTHERS KARAM0Z0V--- PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK

Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produk daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah "Industri" dengan tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Adaprogram akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk. Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai "Operator kurikulum" dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajar karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah Sebagai
guru kelas yang mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi "pengabar isi buku pelajaran " ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah
akan menggunakan "mesin-mesin dalam menskor" capaian prestasi yang diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sckolah. Pikiran mereka diforsir untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai anak. Manfaat apa yang
mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan organisasi sebuah birokrasi ? Manfaat apa yang dirasakan anak jika mereka diminta membuat PR yang menuliskan susunan kabinet yang ada di pemerintahan? Manfaat apa yang
dimiliki anak jika ia disuruh menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam buku pelajaran ? Tumpulnya rasa dalam mencerna apa yang dipikirkan oleh otak dengan apa yang direfleksikan dalam sanubari dan perilaku-pcrilaku keseharian mereka sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak tentang pengetahuan yang dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum persekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah--- dengan tugas-tugas dan PR yang menumpuk....
Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuh bersekolah untuk menyongsong kehidupannya ! Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 % kognitif dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan "pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Dimana guru mengajar anak diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak
mendengarkan, guru mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anak hanya membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program dan anak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire, 1993). Model pembelajaran banking system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan terbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan ranking wilayah.... Mengkompetensi Anak--- merupakan `KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN ?" "Anak adalah anugrah Tuhan... sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi citra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasaYang bertanggungjawab. .. "(Nature versus Nurture). bagaimana ? Karena ada dua pengertian kompetensi-- -= ` kompetensi yang datang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendiri Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson (psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadi apapun sesuai kehendak kita-sebagai komponen sentral dari konsep kompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pebelajar, maka mereka juga dapat
dibentuk melalui pembelajaran dini. Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut :

" Give me a dozen healthy infants, well formed and my own special world to bring them up in, and I'll guarantee you to take any one at random and train him to become any type of specialist I might select--doctor, lawyer, artist, merchant chief and yes, even beggar and thief regardless of this talents, penchants.,; , tendencies, vocations, and race of his ancestors ".
Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi dini " setelah mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada anak-anaknya.Adasebuah kasus kontroversi yang terjadi di Institut New Jerseypada tahun 1976. Dimana guru-guru melakukan serangkaian program tes untuk mengukur "Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic Skill) "dalam mata pelajaran membaca dan matematika. Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnis pendidikan Fred Hechinger kepada New York Times sebagai berikut :

`The improvement in those areas were not the result of any magic program or any singular teaching strategy, they were... simply proof that accountability is crucial and that, in the past five years, it has paid off in New Yersey".

Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti Eleanor Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang diilustrasikan sebagai anak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik ketika mereka bersekolah di SD kelas rendah. semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan dini sangat berbahaya jika dibuatkan
kompetensi-kompetensi perolehan pengetahuan hanya secara kognitif. Ulah karena hingga hari ini sekolah belum mampu menjawab dan dapat menampilkan kompetensi emosi sosial anak dalam proses pembelajaran. Pendidikan anak
seutuhnya yang terkait dengan berbagai aspek seperti emosi, sosial, kognitif pisik, dan moral belum dapat dikemas dalam pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan sejati adalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki anak sebagai kompetensi yang beragam dan unik untuk dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untuk di tes dan di skor saja !. Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasan pembelajaran yang berkeping-keping, tetapi bagaimana secara spontan anak dapat terus menerus merawat minat dan keingintahuan untuk belajar. Anak
mengenali tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan dalam kehidupannya. Perilaku keingintahuan -"curiosity" inilah yang banyak tercabut dalam sistem persekolahan kita. Akademik Bukanlah Keutuhan Dari Sebuah Pendidikan ! "Empty Sacks will never stand upright"---George Eliot. Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melalui kecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun secara bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak didiknya. Membelajarkan secara serempak pikiran, hati. dan pisik anak akan menumbuhkan semangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilah dibutuhkannya peranan guru scbagai pendidik akadcmik dan pendidik sanubari "karakter". Dimana mereka mendidik anak menjadi "good and smart "-terang hati dan pikiran Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada anak didik mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada anak didiknya bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi, dengan berpikir kritis, dan cakap memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi sebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan yang terbina dengan baik
yang melibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkan berbagai kreativitas.Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya ber jam jam untuk belajar anatomi tubuh manusia. Thomas Edison mengatakan bahwa "genius is 1 percent inspiration and 99 percent perspiration ". Semangat belajar ---"encourige' - TIdak dapat muncul tiba-tiba di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati---kesukaan dan kecintaan--- belajar_ Sementara di sekolah banyak anak patah hati
karena gurunya yang tidak mencintai mereka sebagai anak. Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah
mengalirkan "moral litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa kecerdasan saja tidak cukup. Kecerdasan plus karaktcr inilah tujuan sejati sebuah pendidikan (Martin Luther King, Jr). lnilah keharmonisan dari pendidikan, bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antara kecerdasan hati dan pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan
perbuatan yang baik .... PENUTUP Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang
terang hati dan terang pikiran--- "good and smart "--- merupakan tugas kita bersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang mesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang tidak berorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi. Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini kepada anak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS". Inilah fenomena yang sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari lahirnya era anak-anak karbitan ! Lihatlah nanti...ketika anak-anak karbitan itu menjadi dewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa yang kekanak-kanakan.
*) Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation.

Guru TIK milik siapa?



Setelah ditetapkannya TIK sebagai mata pelajaran wajib yang dipelajari siswa. Maka yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah siapakah yang berhak mengampu mata pelajaran ini. Jika di sekolah ada mata pelajaran fisika maka sudah jelas yang akan mengampu pelajaran Fisika adalah orang yang berijasah Pendidikan Fisika, jika ada pelajaran matematika maka sudah jelas yang akan mengampu pelajaran Matematika adalah orang yang mempunyai ijazah sarjana pendidikan matematika.Bagaimana dengan TIK? Siapakah yang akan mengampunya?

Mata pelajaran TIK(komputer) dahulu merupakan mata pelajaran yang termasuk muatan lokal. Jadi mata pelajaran ini hanya diajarkan disebagian sekolah yang mempunyai ruang laboratorium komputer. Dalam pengajarannya sebelum pemerintah resmi menetapkan TIK (Komputer) sebagai mata pelajaran wajib, biasanya sekolah melakukan jalinan kerjasama dengan sebuah lembaga pelatihan komputer dalam mengajar siswanya. Dengan demikian tidak ada guru resmi yang mengajar,yang ada hanya karyawan LPK yang diperkejakan di Sekolah.
Dalam UU no UU NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan sebutan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Tentunya juga baik tenaga pendidik dan kependidikan pada pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang ada di negeri ini. Begitupun dalam bab XI, Pasal 39 ayat 2 disebutkan Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Masih dalam UU yang sama dalam pasal 42 ayat 1 disebutkan Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Begitupual dalam pasal 43 ayat 2 tersurat Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Lebih lanjut pada ayat (3) Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dalam pasal 61 ayat 1, 2 dan 3 disebutkan dengan jelas tentang : (1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. (2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. (3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.Bagian Kesatu klausal Pendidik pasal 28 dalam PP ini disebutkan antara lain :
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harusdipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
b. Kompetensi kepribadian;
c. Kompetensi profesional; dan
d. Kompetensi sosial.
Dalam pasal disebutkan pula
(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Dan
(5) Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pada pasal 29 lebih terinci lagi tentang apa yang harus dimiliki oleh pendidik seperti contoh untuk SMP dan SMA pada ayat (3) tersurat Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki:
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs.
Sedang pada ayat 4 disebutkan Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.
Pasal 30 ayat (4) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. Karena Guru dalam pengertian umum dihasilkan oleh suatu LPTK maka terhadap kompetensi calon guru dalam pasal 89 ayat 5 Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus uji kompetensi.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU secara lebih rinci disebutkan sebagai berikut :
A. KUALIFIKASI AKADEMIK GURU terdiri atas :
1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK*), sebagai berikut;
a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs. Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK* Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.
B. STANDAR KOMPETENSI GURU.
Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Secara khusus standar kompetensi seorang guru jika mengampu mata pelajaran TIK harus mempunyai kompetensi inti guru mata pelajaran TIK pada setiap tingkatan baik SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK adalah :
1) Mengoperasikan komputer personal dan periferalnya;
2)Merakit, menginstalasi, mensetup, memelihara dan melacak serta memecahkan masalah (troubleshooting) pada komputer personal;
3)Melakukan pemrograman komputer dengan salah satu bahasa pemrograman berorientasi objek;
4)Mengolah kata ( word processing ) dengan komputer personal;
4) Mengolah lembar kerja (spreadsheet) dan grafik dengan komputer personal;
5) Mengelola pangkalan data (data base) dengan komputer personal atau komputer server;
6) Membuat presentasi interaktif yang memenuhi kaidah komunikasi visual dan interpersonal;
7) membuat media grafis dengan menggunakan perangkat lunak publikasi;
 Membuat dan memelihara jaringan komputer (kabel dan nirkabel);
9)Membuat dan memelihara situs laman (web);
10)Menggunakan sarana telekomunikasi (telephone, mobilephone, faximile );
11) Membuat dan menggunakan media komunikasi, termasuk pemrosesan gambar, audio dan video.
12)Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam disiplin atau materi pembelajaran lain dan sebagai media komunikasi;
13)Mendesain dan mengelola lingkungan pembelajaran/sumber daya dengan memperhatikan standar kesehatan dan keselamatan;
14)Mengoperasikan perangkat keras dan perangkat lunak pendukung pembelajaran;
15)Memahami EULA (End User Licence Agreement) dan keterbatasan serta keluasan penggunaan perangkat lunak secara legal.
Atau secara ringkas seorang calon guru TIK selama kuliah dia wajib untuk belajar sebagai berikut:
1. Algoritma Pemrograman,
2. Bahasa Pemrograman,
3. Rekayasa Perangkat Lunak,
4. Sistem Informasi Pendidikan,
5. Design web dan Pemrograman internet,
6. Design grafis dan teknik multimedia,
7. Jaringan Komputer
8. Mata Kuliah kependidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permerndiknas) No 08 tahun 2007 tentang PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN sebagai sebuah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional di bidang pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan tidak ditemukan pasal pengembangan dan pemberdayaan pendidikan dan tenaga pendidikan secara khusus untuk guru TIK.
Peraturan Meteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 38 tahun 2008 PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL tidak secara langsung ikut campur mengutak atik tentang kompetensi guru. Namun dalam pasal 22 ayat 3 tersurat Pendanaan pengembangan, pelatihan, dan pembinaan sumber daya manusia serta pemberian biaya pengelolaan pengelola TIK pada zona kantor, zona perguruan tinggi, zona sekolah dan zona perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Pengelola TIK Departemen. Dalam realitasnya melalui Pustekkom di tahun 2007 telah melatih lebih kurang 10.000 guru dan kepala sekolah dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran.

Setelah melihat pemaparan diatas maka penulis berkesimpulan bahwa LPTK-LPTK didorong untuk membuat jurusan baru, untuk memenuhi kuota guru TIK yang kosong. Tentunya jurusan baru yang mempunyai kurikulum berkompetensi guru TIK ,secara singkat penulis sampaikan jurusan baru yang penulis inginkan adalah:
1. Berada di bawah fakultas FPMIPA/FPTK
Karena dalam kompetensinya guru TIK harus telah mendapatkan mata kuliah Algoritma dan Pemrograman. Dan dasar dari algoritma dan pemrograman ada pada matematika di FPMIPA. Selain itu biasanya guru TIK di SMA akan ditugasi untuk menjadi pembimbing olimpiade informatika dan didalam materi yang di olimpiadekan itu terdapat materi matematika yaitu Aritmatika dan logika. Maka akan malu jika guru TIK tidak bisa mengajarkan aritmatika.
2. Mempunyai kurikulum yang kompeten dan bulat, artinya kurikulum tersebut tidak hanya condong pada salah satu bagian saja. Misalnya lebih condong kedesign grafis atau yang lainnya.
3. Mempunyai dosen-dosen yang memang berkualitas dan pas.Dosen ini merupakan gabungan dari 2 background pendidikan yaitu dari ilmu komputer sendiri dan ilmu kependidikan. Bukan dosen lain yang dipaksakan untuk menjadi dosen. ??? Bagaimana pendapat anda
disadur dari http://agungprudent.wordpress.com/2009/05/07/guru-tik-milik-siapa/

Susan Boyle : Inspirasi Pembelajaran



Seperti kata salah satu host terkenal kita " don't look the book just from the cover " & don't under estimate ...Pemunculan Boyle dalam acara ajang pencarian idola versi Inggris itu juga menjadi hal baru dan membuktikan bahwa "siapapun tidak seharusnya diremehkan". Umumnya, ajang sejenis itu membatasi umur peserta dan lebih mengutamakan penampilan fisik peserta.

Pemunculan Boyle dalam acara ajang pencarian idola versi Inggris itu juga menjadi hal baru dan membuktikan bahwa "siapapun tidak seharusnya diremehkan". Umumnya, ajang sejenis itu membatasi umur peserta dan lebih mengutamakan penampilan fisik peserta.

Dandanan Susan Boyle pun sederhana. sangat jauh dari gambaran ideal calon idola yang biasa muncul di tayangan-tayangan televisi. Wanita asal Blackburn, Skotlandia, itu memang muncul seperti umumnya orang desa: Lugu, namun begitu percaya diri. Penampilan Boyle pun diulas dan ditampilkan di CNN. Wajah Boyle dipasang pada halaman muka berbagai surat kabar Inggris, Australia, juga AS.

The Washington Post, misalnya, secara khusus bahkan menurunkan tulisan cukup panjang mengenai Boyle. Pujian bertubi-tubi pun datang dari para pengunjung internet dalam berbagai situs. Boyle diperkirakan akan lolos ke putaran-putaran berikutnya, dan sangat mungkin pada akhirnya akan keluar sebagai juara pertama. Akan tetapi, kalaupun dia kemudian harus gagal di tengah jalan, Boyle mengatakan, sudah bertemu dengan perusahaan rekaman Sony BMG. Mereka berencana untuk membuatkan album bagi Boyle.
Pemunculan Boyle dalam acara ajang pencarian idola versi Inggris itu juga menjadi hal baru dan membuktikan bahwa "siapapun tidak seharusnya diremehkan". Umumnya, ajang sejenis itu membatasi umur peserta dan lebih mengutamakan penampilan fisik peserta.

Semoga hal ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua

http://techno.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/04/18/55/211789/video-susan-boyle-di-youtube-ditonton-24-juta-orang/video-susan-boyle-di-youtube-ditonton-24-juta-orang

Kamis, 28 Mei 2009

OUTBOND SD DAPENA






Dengan tujuan menciptakan kemandiria siswa dalam menghadapi rintangan dan keberanian siswa untuk melaksanakan tugas, diadakan program out bond. 

PEMANTAPAN IMAN - SD DAPENA





SD. DAPENA kegiatan untuk siswa ini diadakan rutin setiap tahun sesuai dengan agama yang dianut siswa ( Budha, Hindhu, Islam, Katolik, Konghucu, Kristen ) untuk sesi ini pembelajaran pada siswa lebih diperdalam masalah kerohaniannya, setelah mereka lebih stabil dalam emosi dan dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Mereka diajak untuk lebih memperdalam segi kerohanian dalam kegiatan “Pemantapan Iman”, sehingga secara spiritual mereka lebih dekat dengan Tuhan, lebih kuat imannya dan lebih siap menghadapi tantangan hidup.

BAKTI SOSIAL






SD DAPENA, untuk menamkan kepekaan sosial sejak usia dini, diadakan kegiatan Bakti Sosial

SINAU WISATA SD DAPENA






Pada tanggal 6 Mei 2009 SD DAPENA mengadakan program sinau wisata. Kegiatan ini adalah program rutin tahunan bagi siswa kelas 3 dan 4. Tujuan sinau wisata kali ini adalah ke ke Mini Agro Wisata yang terletak di Jalan Pagesangan II/56. Program sinau wisata ini merupakan sarana pembelajaran di luar sekolah, dan salah satu upaya untuk memandu dan melatih siswa agar dapat melakukan proses penemuan dan pengumpulan data. Para siswa dibekali dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi petunjuk kerja tentang objek-objek yang akan dikunjungi para siswa. Semua peserta diberangkatkan dari halaman SD DAPENA pada pukul 07.00 WIB, Semua peserta khususnya siswa terlihat bergembira dan bersemangat. Kegiatan ini dimaksudkan untuk pendidikan pengenalan lingkungan dengan mencintai keindahan, lingkungan, serta untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengenalan flora. Pendidikan cara berkebun serta untuk variasi agar anak tidak jenuh dalam belajar (refresing anak) dan mendidik anak untuk mandiri dengan belajar di alam terbuka yang bernuansa flora. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini siswa - siswi dapat lebih memahami dan mencintai mencintai keindahan, lingkungan, serta untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengenalan flora.

Senin, 11 Mei 2009

Group Unique Bamboo - PG/TK Dapena









Group Unique Bamboo, PG/TK Dapena Surabaya - YMI Citarum Juara II Lomba Electone Rame-2, pada YAMAHA MUSIK FESTIVAL Tingkat Wilayah Indonesia Timur, yang diadakan pada hari Minggu, 10 Mei 2009, di Novotel Hotel - Surabaya.
Mengusung Kolaborasi " ensemble " - Electone Yamaha, Angklung, Bamboo Patrol, Flute, tarian Kuda lumping yang dibawakan oleh Anak TK dan SD Dapena berjumlah 16 orang, membawakan lagu "Kuda Lumping - medley ( Rhoma Irama - Ibu Sud ) dengan arr. Ibu Setiawati H, Komisi PG/TK Dapena yang juga staff pengajar di Yamaha Musik Indonesia - Citarum Surabaya.
Perlu diacungi jempol rombongan ( dukungan para orang tua ) supporter peserta lomba dalam memberikan semangat dengan memainkan dan membawa peralatan " snare drum-chimbal-gas trumpet-bamboo patrol,
Ucapan Selamat dan Terima kasih kepada Seluruh peserta - Orang Tua- Guru - Pelatih, serta seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan latihan sampai dengan lomba.

Senin, 04 Mei 2009

Guru dan Karyawan SMA DAPENA 1



SEKILAS KEGIATAN SMA DAPENA 1












SEKILAS KEGIATAN SMA DAPENA 1

BIOTEKNOLOGI
SMA Dapena 1 mengajak siswa belajar & sekaligus mempraktekkan pembuatan bahan-bahan. Tujuannya agar siswa terampil dalam pembuatan bahan-bahan sederhana. Diharapkan kreatifitas mereka tumbuh sehingga selain belajar mereka mempunyai kegiatan yang menyenangkan & bermanfaat sehingga kelak mereka dapat lulus dan mempunyai nilai plus bagi persiapan mereka terjun dalam masyarakat.

TAE KWON DO
Selain sebagai olahraga & untuk kebugaran tubuh, ekskul Tae Kwon Do melatih siswa untuk disiplin tinggi & menumbuhkan rasa percaya diri.
Tujuannya agar dalam pergaulan remaja di masyarakat, mereka tidak mudah terpengaruh pada pergaulan yang merusakkan diri, tapi mereka dapat memilih pertemanan yang positif dan dapat lebih mengendalikan diri dalam segala situasi pergaulan.

PENGENALAN INDUSTRI PARIWISATA (HOSPITALITY INDUSTRY)
Tujuan Menambah wawasan dan pengetahuan siswa dalam mengenal dunia industry keramah tamahan yang dewasa ini sangat diperlukan dalam segala bidang pekerjaan, mengajarkan siswa mengenai masalah kepariwisataan Indonesia, sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam industry kepariwisataan, serta psikologi pelayanan jasa dalam hubungan dengan orang lain.

Harapan Siswa – siswi SMA DAPENA dapat mengenal hospitality industry , sehingga secara psikologis, sikap dan tindakan dapat bersikap, berpenampilan, bertindak dan bertutur kata dengan baik terhadap orang lain, dengan harapan secara tidak langsung dapat meningkatkan citra diri siswa tersebut pada khususnya serta citra sekolah pada umumnya

L D K S (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa)
Di lingkungan SMA Dapena 1, siswa kelas X diwajibkan mengikuti kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa.
Tujuannya agar siswa yang di usia remaja biasa labil dalam emosi dan dalam pengambilan keputusan, dapat lebih tegas dan lebih mandiri, dapat bersosialisasi & dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok-kelompok sosial.

PEMANTAPAN IMAN
Di kelas XI, siswa lebih diperdalam masalah kerohaniannya, setelah mereka lebih stabil dalam emosi dan dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Mereka diajak untuk lebih memperdalam segi kerohanian dalam kegiatan “Pemantapan Iman”, sehingga secara spiritual mereka lebih dekat dengan Tuhan, lebih kuat imannya dan lebih siap menghadapi tantangan hidup.

STUDI REALITA
Ditingkat akhir kelas XII, siswa diajak untuk lebih mengenal lingkungan di luar sekolah, karena mereka harus disiapkan untuk menghadapi kehidupan di masyarakat luas. Mereka dapat langsung terjun dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan & pengamatan tentang lingkungan hidup, kehidupan & alam di desa menjadi menarik untuk diamati, semua ini melatih siswa untuk peka & peduli dengan masyarakat luas.

KESIMPULAN : 
Apa yang diperoleh siswa selama belajar di SMA Dapena 1 dari kelas X s/d XII sangat membantu siswa untuk dapat mengembangkan diri, bukan hanya diasah kemampuan berfikirnya (IQ) tetapi mereka dilengkapi dengan mengembangkan kemampuan emosi (EQ) & kemampuan spiritualnya (SQ). Tujuan akhirnya siswa dapat benar-benar lulus di semua segi kehidupannya (IQ , EQ , SQ).