Senin, 07 November 2011

79% User Tak Bisa ‘Lepas’ dari Facebook

Seberapa tergantungkah Anda dengan Facebook? Berapa lama Anda bisa ‘bertahan’ untuk tidak berinteraksi dengan Facebook?

Coed magazine, College Candy dan Busted Coverage menggelar sebuah studi terhadap 2.500 orang. Hasilnya, 79 persen responden ternyata tidak bisa jauh-jauh dari Facebook. Mereka tidak bisa seharian tidak memakai Facebook baik lewat komputer atau perangkat mobile.

Hampir 50 persen responden mengaku cemas dengan ketergantungan mereka terhadap layanan jejaring sosial tersebut, baik hanya sekedar mengecek berita dan mendapatkan update tentang teman-teman mereka.

Temuan lain dari studi ini adalah, lebih dari 40 persen responden mengaku mengecek Facebook sebelum menyikat gigi (setelah bangun tidur) di pagi hari.

Terkait dengan sifat adiktif dari layanan tersebut, 20 persen responden yang menghapus profil Facebook mereka karena frustrasi ujung-ujungnya membuat profil Facebook yang baru. Namun, 70 persen responden menyatakan akan menghapus profil Facebook mereka secara permanen jika Facebook sudah menjadi layanan berbayar.

Lalu, sebanyak 92 persen mengaku kalau update status Facebook cukup mengganggu. Update status yang dianggap paling menjengkelkan termasuk lirik lagu, update status dan update fan page. Update status politik juga diklaim cukup mengganggu, disusul dengan update foto bayi yang diposting oleh teman-teman mereka dan update lokasi check-in Facebook.

65 persen responden merasa malu jika orang lain bisa melihat siapa saja teman yang paling sering mereka cek. Hanya 6 persen yang mengaku putus dengan pasangan via Facebook. Dan lebih dari 66 persen mengatakan mereka tidak menilai orang lain berdasarkan seberapa banyak jumlah teman yang mereka miliki di Facebook.

Sumber: Digital Trend

[dew / Internet Sehat]

10 Konsol Video Game Terbaik untuk Anak

Video game dalam bentuk konsol menyerbu pasar dan tentu saja ini memanjakan para pecinta game, tak terkecuali anak-anak. Namun apakah piranti-piranti tersebut cocok dikonsumsi anak-anak? Jangan salah pilih. Jika Anda bingung, maka daftar konsol video game terbaik untuk anak berikut mungkin bisa membantu Anda dalam memilihkan piranti yang paling cocok untuk si buah hati di rumah.

1. Nintendo Wii
Kalau Anda khawatir jika anak Anda hanya duduk saja memainkan video game, maka Nintendo Wii bisa menjadi pilihan menarik. Konsol ini dilengkapi dengan seabreg game motion-control alias memungkinkan penggunanya untuk aktif bergerak dengan cara yang menyenangkan. Wii Music salah satunya, ia menjadikan penggunanya bermain seolah-olah ia pemain band, lengkap dengan alat-alat musik dan melodinya.

2. Sony Playstation 3
Anak Anda akan dimanjakan dengan lineup game yang berkualitas tinggi di konsol Sony Playstation 3. Kemudian setelah mereka capek bermain, maka Anda sekeluarga akan bisa menikmati pusat hiburan yang juga berteknologi high-definition seperti musik, album foto, serta DVD berformat Blu-Ray.

3. Sony Playstation 3 With Move
Dengan penambahan kata ‘move‘, game berteknologi HD ini mengkombinasikan video kamera motion-capture (seperti XBox Kinect) dengan tongkat yang berjalan dengan motion-sensitive (seperti Wii). Sistem yang dimilikinya memiliki game yang cocok dengan anak-anak seperti EyePet di mana mereka bisa merawat binatang peliharaan virtual.

4. Microsoft Xbox 360
Segudang koleksi game anak-anak dipunyai Xbox, bahkan Xbox Live tetap menjaga keasyikan yang mereka tawarkan dengan membiarkan anak-anak bermain head-to-head bersama teman-teman online mereka.

5. Microsoft Xbox 360 With Kinect
Kinect bekerja tanpa menggunakan pengontrol sehingga anak-anak bisa ngegame dengan memaksimalkan badannya. Platform ini memakai sistem kamera serta mikrofon, layaknya wajah si anak, untuk mengenali pergerakan dan merilis avatar. Kelebihan lain yang dimiliki Kinect ialah bahwa konsol ini bisa menyadari jika penggunanya meninggalkan ruangan sehingga ia akan otomatis mem-pause permainan.

6. Nintendo DSi
DSi adalah piranti handheld kaya warna yang memiliki 2 layar serta stylus. Tak hanya itu, ia juga dilengkapi dengan kamera built-in depan belakang sehingga anak-anak bisa berfoto ria dengan teman-temannya. Sejumlah efekpun melengkapi fitur ini sehingga mereka bisa memainkan berbagai macam aksesoris di foto.

7. Nintendo DSi XL
Anak-anak tak perlu berebut memainkan konsol ini karena Dsi XL mempunyai 2 layar yang diperbesar sesuai sudut pandang dan suara yang jernih, sehingga pemain lain bisa ikut merasakan sensasi permainan sembari menunggu giliran mereka. Game seperti ‘Brain Age Express: Arts and Letters bisa dijajal di mana ia menawarkan tntangan permainan kata dan gambar.

8. Sony PSP Go
Selain bisa memainkan video, Sony PSP Go juga bisa menyimpan setidaknya 10 game beresolusi tinggi di dalam 16 GB memori internalnya. Pengguna bisa pula mendownload aolikasi gratis untuk menambahkan musik sebagai soundtrack permainan. Dilihat dari bentuknya, Sony PSP Go memiliki body yang cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam kantong sehingga anak-anak akan ingat di mana meletakkannya.

9. Sony PSP 3000
Sony PSP 3000 sudah dilengkapi dengan Wi-Fi sehingga anak-anak bisa selalu terkoneksi dengan internet dan bermain dengan teman-teman onblinenya dalam mode multiplayer. Anak-anakpun bisa mencoba program Skype yang sudah built-in di dalam konsol ini. Dan apabila dirasa layar piranti ini terlalu kecil, maka ia bisa dikoneksikan ke TV dengan grafik yang tetap high-tech.

10. iPad
Piranti keluaran Apple ini memang bukanlah sebuah video game, namun ia bisa menjadi barang favorit keluarga. Anak-anak bisa menikmati game-game serta program-program berbau pendidikan bersama orang tua mereka. Selain itu, dengan adanya konten musik dan foto, iPad bisa menjadi pusat hiburan yang tak ada habisnya.

Sumber: Parenting

[dew / Internet Sehat]

Anak Anda Kecanduan Game Online? Kenali Ciri-cirinya!


Komputer dan game adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-anak masa kini. Bagi kebanyakan anak remaja, bermain game di komputer, konsol, atau perangkat genggam adalah salah satu kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap hari. Sebenarnya tak masalah selama masih dalam batas wajar, bagaimanapun mereka hidup dan berkembang di jaman serba teknologi.

Game-game beraliran Massively Multiplayer Online Role-Playing Game (MMORPG) seperti “World of Warcraft” nyatanya berhasil menarik jutaan pemain setiap harinya. Umumnya pemain menikmati hobi mereka ini sampai rela berjam-jam ngegame. Banyak pula yang mengaku tidak bisa berhenti bermain.

Namun bagaimana jika sudah sampai mengganggu aktivitas lain, misal sudah tidak peduli dengan kehidupan di luar, nilai sekolah jeblok, tidak mau lagi beraktivitas di kegiatan ekskul, menarik diri dari dunia luar atau sering terpaku berlama-lama ngegame di depan komputer / gadget elektronik lainnya? Besar kemungkinan anak sudah kecanduan game.

Kecanduan game memang tidak termasuk dalam klasifikasi diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Meskipun demikian, banyak pakar kesehatan mental mengatakan bahwa bermain video game hampir sama dengan bermain judi dalam hal proses kecanduannya.

Lalu mengapa bisa kecanduan?

Ketahuilah bahwa di game multiplayer online, para pemain bisa berperilaku sangat kontras dengan kepribadian mereka sehari-hari. Di sini, seorang anak pasif bisa menjadi agresif, anak yang sulit mendapat teman tiba-tiba mampu berteman atau memimpin pasukan.

Mereka bahkan bisa melampiaskan kebrutalan mereka di dunia maya tanpa konsekuensi yang nyata. Jangan heran jika ada anak yang kesulitan berteman di dunia nyata ternyata sangat mudah bergaul dan mendapatkan teman di dunia maya karena di sini mereka bisa berinteraksi tanpa harus bertatap muka.

Menurut para dokter yang meneliti kecanduan video game, alasan seseorang bisa ketagihan bermain game adalah karena game tersebut sengaja dirancang agar pemainnya semakin sering bermain game.

1. Pemain butuh menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menciptakan sebuah karakter dan persona virtual mereka. Game tersebut memang dirancang agar mereka ‘menginvestasikan’ banyak waktu dan usaha untuk memperluas karakter dan kemampuan mereka.

2. Belum lagi pemain difokuskan untuk mendapatkan senjata baru atau score yang tinggi, ini akan membuat pemain enggan berhenti bermain sebelum mereka memenuhi target mereka. Tentu saja, begitu target tercapai, selalu ada target yang lebih besar berikutnya, dan berikutnya.

3. Game multiplayer online memang dirancang untuk interaktif agar pemain bekerja sama untuk mencapai tugas tertentu. Karena itu pemain merasa tidak dapat meninggalkan permainan sebelum memenuhi kewajiban untuk tim mereka.

4. Daya tarik lainnya dari game tersebut adalah aspek sosial. Di dunia game online tersebut mereka bisa menjadi siapa saja sesuai yang mereka inginkan, dan relatif mudah untuk meningkatkan karakter. Masalahnya adalah mereka kesulitan belajar bersosialisasi di dunia nyata, khususnya buat mereka yang memang kesulitan berteman.

5. Candu lainnya yang menarik adalah game ini bisa dijadikan sebagai pelarian dari masalah-masalah di dunia nyata. Tentu saja hal ini merupakan pengaruh negatif karena lebih banyak menghabiskan waktu bermain game ketimbang menyelesaikan masalah yang dihadapi.

***

Berikut adalah beberapa gejala kecanduan game. Jika gejala di bawah ini ternyata banyak yang menimpa anak Anda, maka waspadalah..

- anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain game pada jam-jam di luar sekolah
- tertidur di sekolah
- sering melalaikan tugas
- nilai di sekolah jeblok
- berbohong soal berapa lama waktu yang sudah dihabiskan untuk ngegame
- lebih memilih bermain game daripada bermain dengan teman
- menjauhkan diri dari kelompok sosialnya (klub atau kegiatan ekskul)
- merasa cemas dan mudah marah jika tidak ngegame

Sementara gejala-gejala fisik yang bisa menimpa seseorang yang kecanduan game antara lain:
- Carpal tunnel syndrome (gangguan di pergelangan tangan karena saraf tertekan, misalnya jari-jari tangan menjadi kaku)
- mengalami gangguan tidur
- sakit punggung atau nyeri leher
- sakit kepala
- mata kering
- malas makan / makan tidak teratur
- mengabaikan kebersihan pribadi (misal: malas mandi)

Sumber: dirangkum dari berbagai sumber

[dew / Internet Sehat]

6 Alasan Kenapa Anak Boleh-boleh Saja Ngegame


Sebagai orang tua kadang kita berpikir bahwa bermain video game cuma membuang-buang waktu saja. Walhasil kita pun melarang anak kita bermain game. Benarkah begitu?

Ternyata nggak juga lho… Tidak selamanya bermain video game itu merusak anak. Memang kalau mainnya berlebihan (tidak kenal waktu), pastinya bisa saja jadi kecanduan. Sekedar informasi, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa bermain video game bisa jauh lebih besar manfaatnya daripada negatifnya. Dengan catatan bermainnya harus diawasi dan dijadwalkan.

Beberapa video game ada yang dirancang untuk melatih otak, ada juga yang melibatkan aktivitas fisik sampai kita keringatan seperti bermain Nintendo Wii. Haruskah anak kita wajibkan bermain di luar saja daripada di depan layar? Jawabnya ya tergantung. Karena itu bikinlah kesepakatan dengan anak tentang batas waktu bermain game, dan game mana saja yang boleh ia mainkan. Intinya harus seimbang antara bermain game dan bermain di lingkungan nyata.

Nah beberapa alasan mengapa anak boleh-boleh saja nge-game (beberapa jam dalam seminggu) adalah:

1. Video games melatih problem solving
Bermain video game membuat anak-anak berpikir. Ada puluhan video game yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran. Misalnya game tembak menembak yang mengajarkan anak untuk berpikir logis dan memproses sejumlah data dengan cepat.

2. Melatih interaksi sosial
Banyak game yang bisa dimainkan secara online dan offline. Nah disini terdapat unsur komunitas yang dapat mendorong anak untuk berinteraksi sosial.

3. Memberi penguatan yang positif
Secara umum sebuah video game dirancang agar para pemainnya bisa berhasil mencapai target tertentu dan mereka akan mendapat reward atas kesuksesan target yang dicapainya itu. Adanya tingkat keterampilan yang berbeda dan budaya risk-and-reward akan melatih anak untuk tidak takut gagal dan berani mengambil peluang untuk mencapai tujuan mereka.

4. Melatih anak berpikir strategis
Video game dapat mengajarkan anak untuk berpikir obyektif tentang game itu sendiri dan kinerja mereka. Meskipun ada banyak game strategi, kebanyakan game dirancang agar gamer dapat melakukan banyak cara untuk mencapai tujuan. Pemain akan mendapatkan umpan balik terhadap keputusan mereka dan dengan cepat mempelajari kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.

5. Melatih anak membangun jaringan (network)
Sebagian besar video game dirancang dengan berbagai pilihan bermain yang kooperatif. Apakah itu melawan alien, memecahkan puzzle, atau berada di tim yang sama. Karena itu video game menawarkan anak-anak banyak kesempatan untuk bekerja sama secara konstruktif.

6. Membantu meningkatkan koordinasi tangan-mata
Bermain video game ternyata dapat meningkatkan keseimbangan dan koordinasi banyak pasien stroke. Bahkan ada penelitian yang menunjukkan bahwa ahli bedah yang rutin bermain video game ternyata dapat meminimalisir kesalahan di ruang operasi daripada non-gamer. Jadi game juga melatih koordinasi tangan-mata.

[dew / Internet Sehat]