Senin, 28 September 2009

Menanam Kepekaan Sosial


Kualitas watak saat kecil akan mewarnai watak seseorang di kemudian hari. Anak yang dibesarkan dalam suasana yang curiga-mencurigai, misal, ketika dewasa akan mengalami kesulitan untuk memercayai orang lain. Contoh lain, bila pada masa kecilnya sering dipukuli, besar kemungkinan setelah dewasa akan menjadi pendendam. Demikian pula bila sering diejek, bisa-bisa kelak akan sulit menghargai prestasi orang lain. 

Itulah mengapa, kepekaan sosial penting ditanamkan semenjak kecil pada anak, agar kelak ia menjadi manusia dewasa yang peka dengan lingkungan sekitarnya. Adapun yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan kepekaan sosial pada anak adalah orangtua. Namun bukan berarti orangtua semata penentunya, karena lingkungan juga turut memberikan andil. Sebab, tingkah laku seseorang juga ditentukan oleh pengaruh-pengaruh dari luar.

Ada beragam kepekaan sosial yang penting ditanamkam semenjak dini, yang pada intinya bertujuan mengembangkan sikap empati kepada orang lain. Di antaranya berbagi dengan orang lain, berani meminta maaf bila melakukan kesalahan, bersedia membantu orang yang membutuhkan, dan kepekaan terhadap kemampuan fisik agar tidak melakukan tindakan yang menyakiti orang lain (umpama, main tarik temannya untuk bermain padahal badannya lebih besar, otomatis tenaganya lebih besar sehingga bisa menyakiti temannya), bertanggung jawab, menghargai orang lain, dan masih banyak lagi.

PERAN SEKOLAH

Sekolah dapat menjadi ajang latihan kepekaan karena waktu anak berada di sekolah cukup lama, kurang lebih 2-3 jam. Tambahan lagi sistem belajar yang diterapkan saat ini adalah kolaborasi; anak duduk berke-lompok sehingga "memaksa"nya untuk mau berbagi dengan teman. Misal, ada sekotak pensil warna untuk kelompok itu, otomatis anak harus bersedia berbagi dengan teman dalam kelompoknya itu.

Keuntungan lainnya, jumlah teman di sekolah lebih banyak sehingga akan mendapatkan lebih banyak kemungkinan menemui beragam karakter dan peristiwa. Umpama, anak dapat belajar untuk menunda keinginan karena hanya ada 1 ayunan, sehingga harus antre dan bergantian dengan teman yang lain. Atau, berbagi makanan bila ada teman yang tidak membawa bekal, dan lain-lain. Semua kegiatan itu adalah mengasah kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.

Sayangnya, terkadang jumlah guru yang terbatas dalam satu kelas menjadikan guru kurang mampu untuk mengamati secara saksama perkembangan setiap anak. Sehingga tak dapat mengetahui secara mendalam pelaksanaan kepekaan sosial saat anak bersosialisasi dengan teman di kelasnya.

2 MANFAAT

Dengan menanamkan kepekaan sosial sejak dini, ada 2 manfaat besar yang akan diraih si prasekolah, yaitu:

Menyadari akan kehadiran orang lain.

Dengan menyadari adanya kehadiran orang lain, dapat mengingatkan kepada si prasekolah agar tidak egois sehingga ia mau berbagi dengan temannya, saling tolong, saling bantu, dan lain-lain.

Membentuk keterampilan bersosialisasi.

Si prasekolah dapat mempelajari aturan dalam bersosialisasi sehingga kelak akan lebih berani dalam memasuki lingkungan baru. Selain juga dapat membentuk rasa percaya dirinya.

5 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

Agar penanaman nilai-nilai sosial dapat membuahkan hasil yang optimal, ada beberapa hal yang penting diperhatikan orangtua, yaitu:

Nilai-nilai yang ditanamkan harus jelas dan konsisten.

Maksudnya, bila anak diajarkan untuk berbagi, tanamkan pula bahwa berbagi itu baik tapi bukan berarti mengalah dan malah tidak mendapatkan yang menjadi haknya. Selain itu, orangtua juga harus konsisten. Umpama, ada 1 ekor ikan untuk makan malam, sedangkan anggota keluarga itu ada 5, maka ikan itu tetap harus dibagi 5 walaupun ayah belum tiba di rumah dari kantornya.

Orangtua menjadi contoh.

Anak meniru dari orangtuanya, jadi orangtua patut menjaga perilaku dan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, orang dewasa kadang ingin memudahkan dan bersikap sekehendak hatinya, padahal tanpa disadari ada anak-anak di sekitarnya yang melihat.

Menerapkan konsekuensi.

Untuk memacu anak, tak ada salahnya memberikan penghargaan, dapat berupa pelukan atau pujian, tak harus berupa hadiah. Sebaliknya, bila melanggar dapat diberikan sanksi, semisal dengan melarang melakukan sesuatu yang disenangi si prasekolah. Tidak diizinkan menonton televisi selama 2 hari, umpamanya.

Menyadari adanya faktor gagal.

Orangtua hendaknya harus menyadari bahwa kemampuan anak berbeda-beda. Karenanya bila anak mengalami kegagalan, orangtua harus menerima. Jadi, jangan berharap bakal terus-menerus sukses selama proses belajar.

Tularkan kepada keluarga lain.

Bila setiap keluarga telah memiliki pemahaman yang sama tentang kepekaan sosial yang wajib diberikan kepada anak, niscaya akan memudahkan pada saat anak belajar. Saat bermain bersama, berarti nilai-nilai kepekaan yang ditanamkan pun sama.

BERI KESEMPATAN BERSOSIALISASI

Untuk menanamkan kepekaan sosial, orangtua tak bisa hanya sekadar melalui kegiatan membacakan dongeng atau berbicara dari hati ke hati dengan anak. Bila hanya melalui dongeng, maka cuma sekadar menambah pengetahuan atau meningkatkan kemampuan kognitif si prasekolah. Sementara dari kognitif sampai kepada perilaku, membutuhkan waktu yang panjang. Contoh, tidak mau berbagi adalah sikap yang tidak baik. Anak hanya mengetahui itu, tapi ia tidak tergerak untuk melakukannya saat bersosialisasi. Ia pun tidak memahami, bila tidak mau berbagi, bisa-bisa ada temannya yang tidak mau lagi bermain dengannya atau malah dipukul oleh temannya.

Karena itu, cara yang paling tepat adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi. Melalui sosialisasi dengan teman di lingkungan rumah, si prasekolah lebih kaya akan pengalaman. Hasilnya akan berbeda bila ia hanya bersosialisasi dengan anggota keluarga di lingkungan rumah saja, karena di masa kini anggota sebuah keluarga tidaklah terlalu banyak. Umumnya hanya 2 anak dengan orangtuanya, sehingga tak banyak tantangan atau pengalaman baru yang akan diperoleh.

Cara lain yang dapat diterapkan adalah melalui kegiatan sehari-hari. Libatkan anak dalam berbagai aktivitas sehari-hari di rumah. Kemudian, berikan penjelasan yang mudah dipahami dengan bahasa sederhana, mengapa ia diminta melakukan itu. Misal, untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari. Contoh, membersihkan kamar. Beri kepercayaan kepada anak untuk membersihkan sendiri kamarnya. Jika anak berhasil melakukan tugasnya dengan baik, berikan penghargaan. Sikap memberikan penghargaan ini akan menumbuhkan kepekaan menghargai sesama di kemudian hari.

Begitu juga ketika anak bertanya sesuatu, orangtua harus menanggapinya dengan serius agar sikap kritis dan kepekaan bisa berkembang secara wajar. Memahami alasan-alasan dan sebab dari perbuatan seseorang akan memupuk kepekaan watak sabar. Orangtua hendaknya juga jangan terlalu memanjakan anak, akibatnya ia tak akan peka dengan kebutuhan dan hak orang lain. Bisa-bisa ia menjadi egois.

ORANGTUA MENDAMPINGI

Tentunya, anak butuh pendampingan saat bersosialisasi, sehingga orangtua atau si pendamping dapat langsung menyampaikan tentang nilai-nilai kepekaan yang diperoleh pada saat itu. Pasalnya, anak lebih mudah mengingat dan memahami bila diberitahukan pada saat kejadian berlangsung. Karenanya, penting adanya kesamaan pemahaman tentang nilai-nilai kepekaan yang akan ditanamkan kepada anak antara orangtua dan pengasuh. Terutama untuk orangtua yang tidak mampu mendampingi anaknya bersosialisasi, sehingga si pengasuh tidak sekadar asal menemani anak bermain.

Lagi pula, dengan mendampingi anak bersosialisasi, maka si pendamping dapat memanfaatkan peristiwa atau kejadian saat itu sebagai referensi dalam menanamkan nilai-nilai kepekaan. Umpama, Ati jatuh karena didorong temannya. Ia merasa kesakitan. Peristiwa itu dapat dijadikan sebagai acuan untuk memberikan penjelasan bahwa asal mendorong teman dapat menyebabkan temannya kesakitan.

Sumber : tabloid-nakita.com

Tidak ada komentar: