Jangan mau kalah dari anak kalau Anda tak mau kecolongan. "Yah, beli HP 3G dong biar kalau aku telepon bisa sambil lihat ayah." Boleh jadi Anda tak percaya mendengar anak-anak 6-12 tahun begitu fasih menyebut teknologi komunikasi terbaru. Namun itulah kenyataannya. Kini banyak anak yang justru lebih "melek" teknologi dibanding orangtuanya.
Dulu, memang belum ada teknologi secanggih sekarang. Sedangkan kini, arus informasi pun begitu deras yang memungkinkan anak mendapat informasi dari mana saja. Salah satunya lewat kecanggihan internet. Belum lagi majalah-majalah anak yang memuat rubrik teknologi, atau bahkan majalah anak yang melulu berisi ulasan teknologi, khususnya peralatan komunikasi dan aneka game. Selain itu, anak-anak pun kini leluasa memilih bacaannya sendiri, yang bukan lagi sepenuhnya pilihan orangtua.
Informasi juga dapat diperoleh anak dari hasil diskusi bersama teman. Apalagi di usia SD akhir, pengaruh teman sedemikian kuat pada anak. Kadang, ia pun tak mau kelihatan kalah soal gadget terbaru dibanding teman-temannya. Entah itu ponsel keluaran terbaru atau games teranyar. Ia akan berusaha mencari tahu agar bisa terlibat dalam diskusi.
Kalau ada teknologi terbaru, mereka juga bersedia saling memberitahu. Untuk anak-anak SD, teknologi yang paling menarik minat mereka biasanya yang berhubungan dengan model telepon genggam sekaligus kelengkapan fiturnya seperti aneka games, MP3 maupun MP4. Beberapa anak malah paham betul soal spesifikasi komputer, baik notebook maupun PC.
Puncak keingintahuan mereka pada teknologi lazimnya muncul di usia akhir SD, yaitu kelas 5 dan 6. Disamping mereka semakin mampu menyerap informasi, mereka juga ingin diakui sebagai "anak gede" atau dewasa. Di usia ini, jangan harap mereka mau dianggap sebagai anak kecil meski faktanya mereka memang belum dewasa. Menurut pandangan anak usia ini, "orang dewasa" yang hebat adalah yang mengerti teknologi. Mereka butuh pengakuan dari lingkungan lewat pengetahuannya yang luas tentang teknologi. Jadi sebetulnya kepedulian mereka pada teknologi, salah satunya adalah untuk menunjukkan pada dunia, "Eh, aku udah gede lo!"
Apa pun alasan mereka, semakin dini mengenal teknologi canggih justru semakin baik. Bukankah teknologi masa kini merupakan jembatan untuk mengenal teknologi di masa datang. Bayangkan, 20 tahun mendatang teknologi informasi dan komunikasi pastilah akan sangat canggih. Misalnya saja semua komputer sudah berbentuk virtual. Meski sekarang masih berupa wacana, bukan tak mungkin kelak hal ini akan menjadi nyata.
Jika pengenalan teknologi dilakukan sejak sekarang, anak akan lebih mudah mengikuti perkembangannya. Buktinya, setiap ada fitur baru pada gadget teranyar, dengan klik beberapa kali saja, dia sudah dapat menemukan logika perintah-perintahnya. Sebaliknya kalau tidak kenal dari sekarang, bisa jadi mereka akan sangat gagap menerimanya karena lompatan pengetahuan dan aplikasi yang terlalu jauh.
JANGAN KECOLONGAN
Karena merupakan hal positif, anak yang melek teknologi ada baiknya diberi dukungan. Tentu saja sepanjang anak pun bisa menggunakannya untuk tujuan positif. Misalnya, memotret momen keluarga yang akan jadi manis, mengirim tugas sekolah via e-mail ke guru atau mencari bahan pembuatan tulisan lewat internet. Sebaliknya, orangtua tetap harus waspada agar pengetahuan anak mengenai teknologi canggih tidak dimanfaatkan untuk memanipulasi atau menipu. Contohnya, sibuk mengirim SMS sana-sini cari sontekan pada teman. Atau malah asyik menyaksikan video streaming menggunakan telepon genggam padahal tontonan tersebut tak layak untuk anak-anak.
Perlu dicatat, kecanggihan teknologi memang bertujuan memudahkan pengguna. Namun selalu ada celah yang harus diwaspadai karena tetap tidak tertutup kemungkinan untuk dimanipulasi. Oleh sebab itu, orangtua harus tetap memonitor penggunaan fasilitas berteknologi canggih.
JANGAN KALAH PINTAR
Untuk bisa memonitor penggunaan teknologi tersebut, tentu orangtua jangan sampai kalah pintar dari anaknya. Contohnya, karena demam 3G tengah mewabah, orangtua perlu tahu apa saja yang membuat teknologi ini sedemikian unggul. Orangtua harus memacu dirinya untuk lebih maju atau setidaknya bisa mengimbangi. Asal tahu saja, teknologi canggih ini memungkinkan anak tak perlu lagi mengetik contekannya lewat SMS. Soalnya, teman di luar kelas bisa langsung menunjukkan halaman demi halaman buku yang berisi contekan lewat fitur video call sehingga anak tinggal membacanya.
Selain mendorong sekaligus memonitor penggunaan teknologi pada anak, orangtua juga harus menerapkan prinsip smart comsumptive. Bila anak ingin memiliki peralatan canggih semisal telepon genggam atau perangkat games, perlu ditelusuri dulu seberapa penting buat mereka. Bukan sekadar ikut-ikutan teman atau tren meski orangtua sanggup membelikannya. Pengetahuan soal kecanggihan teknologi memang perlu, namun untuk memilikinya, pilihlah sesuai kebutuhan. Setelah itu, lakukan monitoring agar anak-anak menggunakannya untuk tujuan positif.
Sumber : tabloid-nakita.com
Dulu, memang belum ada teknologi secanggih sekarang. Sedangkan kini, arus informasi pun begitu deras yang memungkinkan anak mendapat informasi dari mana saja. Salah satunya lewat kecanggihan internet. Belum lagi majalah-majalah anak yang memuat rubrik teknologi, atau bahkan majalah anak yang melulu berisi ulasan teknologi, khususnya peralatan komunikasi dan aneka game. Selain itu, anak-anak pun kini leluasa memilih bacaannya sendiri, yang bukan lagi sepenuhnya pilihan orangtua.
Informasi juga dapat diperoleh anak dari hasil diskusi bersama teman. Apalagi di usia SD akhir, pengaruh teman sedemikian kuat pada anak. Kadang, ia pun tak mau kelihatan kalah soal gadget terbaru dibanding teman-temannya. Entah itu ponsel keluaran terbaru atau games teranyar. Ia akan berusaha mencari tahu agar bisa terlibat dalam diskusi.
Kalau ada teknologi terbaru, mereka juga bersedia saling memberitahu. Untuk anak-anak SD, teknologi yang paling menarik minat mereka biasanya yang berhubungan dengan model telepon genggam sekaligus kelengkapan fiturnya seperti aneka games, MP3 maupun MP4. Beberapa anak malah paham betul soal spesifikasi komputer, baik notebook maupun PC.
Puncak keingintahuan mereka pada teknologi lazimnya muncul di usia akhir SD, yaitu kelas 5 dan 6. Disamping mereka semakin mampu menyerap informasi, mereka juga ingin diakui sebagai "anak gede" atau dewasa. Di usia ini, jangan harap mereka mau dianggap sebagai anak kecil meski faktanya mereka memang belum dewasa. Menurut pandangan anak usia ini, "orang dewasa" yang hebat adalah yang mengerti teknologi. Mereka butuh pengakuan dari lingkungan lewat pengetahuannya yang luas tentang teknologi. Jadi sebetulnya kepedulian mereka pada teknologi, salah satunya adalah untuk menunjukkan pada dunia, "Eh, aku udah gede lo!"
Apa pun alasan mereka, semakin dini mengenal teknologi canggih justru semakin baik. Bukankah teknologi masa kini merupakan jembatan untuk mengenal teknologi di masa datang. Bayangkan, 20 tahun mendatang teknologi informasi dan komunikasi pastilah akan sangat canggih. Misalnya saja semua komputer sudah berbentuk virtual. Meski sekarang masih berupa wacana, bukan tak mungkin kelak hal ini akan menjadi nyata.
Jika pengenalan teknologi dilakukan sejak sekarang, anak akan lebih mudah mengikuti perkembangannya. Buktinya, setiap ada fitur baru pada gadget teranyar, dengan klik beberapa kali saja, dia sudah dapat menemukan logika perintah-perintahnya. Sebaliknya kalau tidak kenal dari sekarang, bisa jadi mereka akan sangat gagap menerimanya karena lompatan pengetahuan dan aplikasi yang terlalu jauh.
JANGAN KECOLONGAN
Karena merupakan hal positif, anak yang melek teknologi ada baiknya diberi dukungan. Tentu saja sepanjang anak pun bisa menggunakannya untuk tujuan positif. Misalnya, memotret momen keluarga yang akan jadi manis, mengirim tugas sekolah via e-mail ke guru atau mencari bahan pembuatan tulisan lewat internet. Sebaliknya, orangtua tetap harus waspada agar pengetahuan anak mengenai teknologi canggih tidak dimanfaatkan untuk memanipulasi atau menipu. Contohnya, sibuk mengirim SMS sana-sini cari sontekan pada teman. Atau malah asyik menyaksikan video streaming menggunakan telepon genggam padahal tontonan tersebut tak layak untuk anak-anak.
Perlu dicatat, kecanggihan teknologi memang bertujuan memudahkan pengguna. Namun selalu ada celah yang harus diwaspadai karena tetap tidak tertutup kemungkinan untuk dimanipulasi. Oleh sebab itu, orangtua harus tetap memonitor penggunaan fasilitas berteknologi canggih.
JANGAN KALAH PINTAR
Untuk bisa memonitor penggunaan teknologi tersebut, tentu orangtua jangan sampai kalah pintar dari anaknya. Contohnya, karena demam 3G tengah mewabah, orangtua perlu tahu apa saja yang membuat teknologi ini sedemikian unggul. Orangtua harus memacu dirinya untuk lebih maju atau setidaknya bisa mengimbangi. Asal tahu saja, teknologi canggih ini memungkinkan anak tak perlu lagi mengetik contekannya lewat SMS. Soalnya, teman di luar kelas bisa langsung menunjukkan halaman demi halaman buku yang berisi contekan lewat fitur video call sehingga anak tinggal membacanya.
Selain mendorong sekaligus memonitor penggunaan teknologi pada anak, orangtua juga harus menerapkan prinsip smart comsumptive. Bila anak ingin memiliki peralatan canggih semisal telepon genggam atau perangkat games, perlu ditelusuri dulu seberapa penting buat mereka. Bukan sekadar ikut-ikutan teman atau tren meski orangtua sanggup membelikannya. Pengetahuan soal kecanggihan teknologi memang perlu, namun untuk memilikinya, pilihlah sesuai kebutuhan. Setelah itu, lakukan monitoring agar anak-anak menggunakannya untuk tujuan positif.
Sumber : tabloid-nakita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar