Wawancara kerja memang merupakan tahapan penting dalam proses perekrutan karyawan. Bila surat lamaran dan CV dianggap sebagai gerbang pertama antara pelamar pekerjaan dan perusahaan, wawancara kerja adalah akses langsung yang mempertemukan pelamar kerja dengan perusahaan.
Bagi pelamar pekerjaan, “Dia bisa menyampaikan secara langsung gambaran mengenai dirinya yang terkait dengan pekerjaan yang dilamar pada saat wawancara,” kata Netty Delima, konsultan Experd, biro konsultasi manajemen dan ketenagakerjaan. Sedangkan bagi perusahaan, “Mereka bisa menggali informasi yang lebih mendalam dari CV pelamar, menilai kepribadian pelamar, serta memperoleh data tambahan yang tidak dituliskan oleh pelamar,” lanjut Netty. Erina Collins, salah seorang agen rekruitmen tenaga kerja di Los Angeles menyatakan, sering kali ada perbedaan yang mengejutkan antara CV yang dibaca dengan pelamar yang berhadapan langsung dengan si pewawancara. “Surat lamaran yang optimis, tidak selalu menunjukkan bahwa pelamarnya juga sama optimisnya.”
Meski telah memahami bahwa wawancara kerja merupakan suatu tahap yang biasa dilalui dalam melamar pekerjaan, masih banyak pelamar yang merasa tidak siap menghadapi wawancara. Tidak jarang perasaan gugup dan patah semangat langsung menyerang karena sudah berkali-kali gagal. Padahal, rasa takut menghadapi kemungkinan tidak lolos itulah yang semakin menciptakan rasa tidak percaya diri saat menghadapi wawancara kerja. “Lebih-lebih bila wawancara yang dilakukan adalah untuk perusahaan besar,” ujar Wisnu.
Mempersiapkan wawancara kerja memang memerlukan usaha tertentu. Tip-tip berikut mungkin dapat membantu meningkatkan rasa pede Anda sekaligus melicinkan jalan menuju perusahaan idaman.
Kejar Info Mengenai Wawancara
“Saya pernah menjalani tes wawancara kerja tanpa research terlebih dahulu tentang perusahaan yang memanggil saya,” kihsa Shindu Wibisono, 26 tahun. “Buntutnya, saya hanya bengong seperti orang bodoh saat ditanya tentang background perusahaan dan produk-produk mereka.”
Beda dengan Yunita Marpaung, staf pemasaran di sebuah perusahaan swasta yang berlokasi di kawasan Thamrin. “Suatu hari sebelum hari-H, saya pasti menggali info sebanyak-banyaknya tentang perusahaan itu, terutama yang berhubungan dengan posisi yang saya lamar.” Alhasil, wanita yang akrab dipanggil Ita itu mengaku lebih pede menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pemberi kerja, karena sedikit banyak telah menguasai ‘lapangan’. “Tapi kalau memang nggak tahu, ya, saya tidak akan ngeyel,” lanjut Ita. “Biasanya langsung saja saya bilang, ‘Maaf, Pak, saya tidak tahu.’”
Berpakaian Yang Sopan Dan Rapi
Kenakan busana yang ‘aman’, artinya: “Yang sesuai dengan konteks lingkungan kantor pada umumnya,” saran Netty dari Experd. Misalnya, paduan blazer dan celana panjang atau blazer dan rok untuk wanita, serta kemeja lengan panjang dan celana panjang untuk pria. Pakailah pakaian yang tidak mudah kusut sehingga dapat menunjang kerapian dan penampilan Anda. Gunakan pakaian yang nyaman di tubuh, agar konsentrasi tidak terserap hanya untuk memperhatikan penampilan Anda.
Menurut Netty, warna-warna yang sebaiknya digunakan adalah warna-warna yang bersifat netral, seperti hitam, birut, cokelat atau beige, yang dapat membuat penampilan tampak lebih profesional. Satu hal penting yang juga perli diingat, “Tampillah sesuai dengan posisi yang Anda lamar, bukan posisi Anda pada saat Anda melamar,” pesan Netty.
Tampakkan Ekspresi Muka Yang Menyenangkan
Umumnya, perusahaan menyukai pelamar yang menyenangkan. “Senyum dan ekspresi yang tulus adalah kunci untuk mendapatkan perhatian lawan bicara,” kata Iin Respatini, konsultan public speaking. Senyum menunjukkan bahwa Anda adalah pribadi yang hangat dan bersahabat.
Selain itu, buatlah kontak mata yang intens dengan pewawancara. “Kontak mata menunjukkan keinginan untuk dipercaya serta kesungguhan memberikan jawaban.”
Jangan memotong pembicaraan pewawancara. Sebaiknya dengarkan dulu pertanyaan hingga selesai untuk memberikan jawaban yang diminta. Tidak ada salahnya Anda memberikan pertanyaan kepada pewawancara apabila Anda kurang memahami pertanyaan yang diajukan.
Meski wawancara dapat memakan waktu cukup lama, tetaplah bersikap kooperatif. Matikan ponsel agar tidak mengganggu kelancaran wawancara.
Perlihatkan Bahasa Tubuh Yang Positif
Menurut Netty, sikap atau bahasa tubuh yang baik adalah sikap yang tenang dan memberikan perhatian kepada pewawancara. “Dengan sikap tenang dan penuh percaya diri, pewawancara akan memberi penilaian yang positif terhadap pelamar pekerjaan.”
Duduklah dengan posisi tegak dan tunjukkan antusiasme serta ketertarikan pada posisi yang Anda inginkan. Bahasa tubuh seperti itu akan memberi kesan bahwa Anda percaya diri dan siap untuk menghadapi tantangan baru. Jangan pernah melipat tangan di dada saat wawancara karena akan memberi kesan bahwa Anda adalah orang yang kaku dan defensif.
Bicaralah dengan intonasi dan nada suara yang jelas dan tegas. Jangan lupa, ucapkan salam dan jabat tangan pewawancara Anda dengan erat sebelum dan sesudah wawancara, serta ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan.
Jual Diri
“Kelemahan saya saat wawancara kerja adalah, saya tidak tahu harus menjawab apa saat ditanya tentang kelebihan dan kekurangan saya, atau saat diminta untuk menceritakan tentand diri saya,” kata Ambar Sari, group product assistant di sebuah perusaah retail.
“Sebelum wawancara, reviulah kembali pengalaman kerja yang telah dan sedang Anda jalani,” saran Netty. Ingat kembali tugas, tanggung jawab, tuntutan pekerjaan, kesulitan dan tantangan yang dihadapi, serta keberhasilan yang telah Anda raih selama melaksanakan pekerjaan itu. Dengan demikian, Anda akan lebih mudah untuk menyebutkan kelebihan-kelebihan Anda yang berkaitan dengan pekerjaan yang Anda lamar.
Tampilkan hal-hal positif yang pernah Anda raih dan tunjukkan energi serta rasa percaya diri yang tinggi. Tapi ingat, jangan pede berlebihan dan bersikap angkuh, serta melebih-lebihkan pengalaman yang Anda miliki.
Jangan Malu Bertanya
Ajukan beberapa pertanyaan bermutu seputar posisi yang Anda inginkan dan latar belakang perusahaan secara umum. Akhiri wawancara dengan menanyakan apa yang harus Anda lakukan selanjutnya. Memanfaatkan kesempatan bertanya yang diberikan oleh pewawancara menunjukkan niat dan semangat Anda untuk bergabung dengan perusahaan mereka.
Hal Kecil Juga Penting
Jangan sepelekan hal-hal kecil yang kadang tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya. Tibalah sepuluh menit lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Jalanan macet? Berangkatlah lebih awal. Bila Anda belum mengetahui lokasi tempat wawancara, tidak ada salahnya melakukan survei lokasi beberapa hari sebelumnya.
Sapalah satpam atau resepsionis yang Anda temui dengan ramah, Jika Anda harus mengisi formulir, isilah dengan lengkap dan rapi. Meski tidak diminta, bawalah berkas-berkas yang sekirang diperlukan, seperti CV dan surat lamaran. Hindari merokok, mengunyah permen, atau meludah selama wawancara.
“Bila Anda tergolong orang yang mudah merasa cemas atau tegang, luangkan waktu untuk melakukan latihan relaksasi sederhana sebelum wawancara dimulai,” saran Netty. Regangkan badan, tarik napas dalam-dalam, dan hirup udara segar. Membayangkan hal-hal yang menyenangkan juga dapat membantu melepaskan ketegangan.
Itulah yang dilakukan Wisnu Kencana saat menghadapi wawancara kerja terakhirnya bulan lalu. “Di parkiran, begitu turun dari mobil, saya sempatkan untuk relaksasi sejenak — menghirup udara segar, tarik napas dalam-dalam sambil membayangkan kepuasan yang saya peroleh bila berhasil mendapatkan pekerjaan itu,” kisah Wisnu. “Dalam hitungan ke sepuluh, perut mulas dan rasa deg-degan saya pun hilang.” Wawancara kerja? “Jadi lebih lancar,” jawabnya. “Buktinya, saya berhasil mendapatkan pekerjaan idaman saya.”
Bagi pelamar pekerjaan, “Dia bisa menyampaikan secara langsung gambaran mengenai dirinya yang terkait dengan pekerjaan yang dilamar pada saat wawancara,” kata Netty Delima, konsultan Experd, biro konsultasi manajemen dan ketenagakerjaan. Sedangkan bagi perusahaan, “Mereka bisa menggali informasi yang lebih mendalam dari CV pelamar, menilai kepribadian pelamar, serta memperoleh data tambahan yang tidak dituliskan oleh pelamar,” lanjut Netty. Erina Collins, salah seorang agen rekruitmen tenaga kerja di Los Angeles menyatakan, sering kali ada perbedaan yang mengejutkan antara CV yang dibaca dengan pelamar yang berhadapan langsung dengan si pewawancara. “Surat lamaran yang optimis, tidak selalu menunjukkan bahwa pelamarnya juga sama optimisnya.”
Meski telah memahami bahwa wawancara kerja merupakan suatu tahap yang biasa dilalui dalam melamar pekerjaan, masih banyak pelamar yang merasa tidak siap menghadapi wawancara. Tidak jarang perasaan gugup dan patah semangat langsung menyerang karena sudah berkali-kali gagal. Padahal, rasa takut menghadapi kemungkinan tidak lolos itulah yang semakin menciptakan rasa tidak percaya diri saat menghadapi wawancara kerja. “Lebih-lebih bila wawancara yang dilakukan adalah untuk perusahaan besar,” ujar Wisnu.
Mempersiapkan wawancara kerja memang memerlukan usaha tertentu. Tip-tip berikut mungkin dapat membantu meningkatkan rasa pede Anda sekaligus melicinkan jalan menuju perusahaan idaman.
Kejar Info Mengenai Wawancara
“Saya pernah menjalani tes wawancara kerja tanpa research terlebih dahulu tentang perusahaan yang memanggil saya,” kihsa Shindu Wibisono, 26 tahun. “Buntutnya, saya hanya bengong seperti orang bodoh saat ditanya tentang background perusahaan dan produk-produk mereka.”
Beda dengan Yunita Marpaung, staf pemasaran di sebuah perusahaan swasta yang berlokasi di kawasan Thamrin. “Suatu hari sebelum hari-H, saya pasti menggali info sebanyak-banyaknya tentang perusahaan itu, terutama yang berhubungan dengan posisi yang saya lamar.” Alhasil, wanita yang akrab dipanggil Ita itu mengaku lebih pede menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pemberi kerja, karena sedikit banyak telah menguasai ‘lapangan’. “Tapi kalau memang nggak tahu, ya, saya tidak akan ngeyel,” lanjut Ita. “Biasanya langsung saja saya bilang, ‘Maaf, Pak, saya tidak tahu.’”
Berpakaian Yang Sopan Dan Rapi
Kenakan busana yang ‘aman’, artinya: “Yang sesuai dengan konteks lingkungan kantor pada umumnya,” saran Netty dari Experd. Misalnya, paduan blazer dan celana panjang atau blazer dan rok untuk wanita, serta kemeja lengan panjang dan celana panjang untuk pria. Pakailah pakaian yang tidak mudah kusut sehingga dapat menunjang kerapian dan penampilan Anda. Gunakan pakaian yang nyaman di tubuh, agar konsentrasi tidak terserap hanya untuk memperhatikan penampilan Anda.
Menurut Netty, warna-warna yang sebaiknya digunakan adalah warna-warna yang bersifat netral, seperti hitam, birut, cokelat atau beige, yang dapat membuat penampilan tampak lebih profesional. Satu hal penting yang juga perli diingat, “Tampillah sesuai dengan posisi yang Anda lamar, bukan posisi Anda pada saat Anda melamar,” pesan Netty.
Tampakkan Ekspresi Muka Yang Menyenangkan
Umumnya, perusahaan menyukai pelamar yang menyenangkan. “Senyum dan ekspresi yang tulus adalah kunci untuk mendapatkan perhatian lawan bicara,” kata Iin Respatini, konsultan public speaking. Senyum menunjukkan bahwa Anda adalah pribadi yang hangat dan bersahabat.
Selain itu, buatlah kontak mata yang intens dengan pewawancara. “Kontak mata menunjukkan keinginan untuk dipercaya serta kesungguhan memberikan jawaban.”
Jangan memotong pembicaraan pewawancara. Sebaiknya dengarkan dulu pertanyaan hingga selesai untuk memberikan jawaban yang diminta. Tidak ada salahnya Anda memberikan pertanyaan kepada pewawancara apabila Anda kurang memahami pertanyaan yang diajukan.
Meski wawancara dapat memakan waktu cukup lama, tetaplah bersikap kooperatif. Matikan ponsel agar tidak mengganggu kelancaran wawancara.
Perlihatkan Bahasa Tubuh Yang Positif
Menurut Netty, sikap atau bahasa tubuh yang baik adalah sikap yang tenang dan memberikan perhatian kepada pewawancara. “Dengan sikap tenang dan penuh percaya diri, pewawancara akan memberi penilaian yang positif terhadap pelamar pekerjaan.”
Duduklah dengan posisi tegak dan tunjukkan antusiasme serta ketertarikan pada posisi yang Anda inginkan. Bahasa tubuh seperti itu akan memberi kesan bahwa Anda percaya diri dan siap untuk menghadapi tantangan baru. Jangan pernah melipat tangan di dada saat wawancara karena akan memberi kesan bahwa Anda adalah orang yang kaku dan defensif.
Bicaralah dengan intonasi dan nada suara yang jelas dan tegas. Jangan lupa, ucapkan salam dan jabat tangan pewawancara Anda dengan erat sebelum dan sesudah wawancara, serta ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan.
Jual Diri
“Kelemahan saya saat wawancara kerja adalah, saya tidak tahu harus menjawab apa saat ditanya tentang kelebihan dan kekurangan saya, atau saat diminta untuk menceritakan tentand diri saya,” kata Ambar Sari, group product assistant di sebuah perusaah retail.
“Sebelum wawancara, reviulah kembali pengalaman kerja yang telah dan sedang Anda jalani,” saran Netty. Ingat kembali tugas, tanggung jawab, tuntutan pekerjaan, kesulitan dan tantangan yang dihadapi, serta keberhasilan yang telah Anda raih selama melaksanakan pekerjaan itu. Dengan demikian, Anda akan lebih mudah untuk menyebutkan kelebihan-kelebihan Anda yang berkaitan dengan pekerjaan yang Anda lamar.
Tampilkan hal-hal positif yang pernah Anda raih dan tunjukkan energi serta rasa percaya diri yang tinggi. Tapi ingat, jangan pede berlebihan dan bersikap angkuh, serta melebih-lebihkan pengalaman yang Anda miliki.
Jangan Malu Bertanya
Ajukan beberapa pertanyaan bermutu seputar posisi yang Anda inginkan dan latar belakang perusahaan secara umum. Akhiri wawancara dengan menanyakan apa yang harus Anda lakukan selanjutnya. Memanfaatkan kesempatan bertanya yang diberikan oleh pewawancara menunjukkan niat dan semangat Anda untuk bergabung dengan perusahaan mereka.
Hal Kecil Juga Penting
Jangan sepelekan hal-hal kecil yang kadang tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya. Tibalah sepuluh menit lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Jalanan macet? Berangkatlah lebih awal. Bila Anda belum mengetahui lokasi tempat wawancara, tidak ada salahnya melakukan survei lokasi beberapa hari sebelumnya.
Sapalah satpam atau resepsionis yang Anda temui dengan ramah, Jika Anda harus mengisi formulir, isilah dengan lengkap dan rapi. Meski tidak diminta, bawalah berkas-berkas yang sekirang diperlukan, seperti CV dan surat lamaran. Hindari merokok, mengunyah permen, atau meludah selama wawancara.
“Bila Anda tergolong orang yang mudah merasa cemas atau tegang, luangkan waktu untuk melakukan latihan relaksasi sederhana sebelum wawancara dimulai,” saran Netty. Regangkan badan, tarik napas dalam-dalam, dan hirup udara segar. Membayangkan hal-hal yang menyenangkan juga dapat membantu melepaskan ketegangan.
Itulah yang dilakukan Wisnu Kencana saat menghadapi wawancara kerja terakhirnya bulan lalu. “Di parkiran, begitu turun dari mobil, saya sempatkan untuk relaksasi sejenak — menghirup udara segar, tarik napas dalam-dalam sambil membayangkan kepuasan yang saya peroleh bila berhasil mendapatkan pekerjaan itu,” kisah Wisnu. “Dalam hitungan ke sepuluh, perut mulas dan rasa deg-degan saya pun hilang.” Wawancara kerja? “Jadi lebih lancar,” jawabnya. “Buktinya, saya berhasil mendapatkan pekerjaan idaman saya.”
Juga perlu diperhatikan ...
Wawancara adalah bagian dari proses penerimaan karyawan mempunyai berbagai tujuan. Ada yang dimaksudkan untuk lebih mengetahui keterampilan teknis yang dimiliki pelamar, mengetahui kepribadian pelamar, atau mengetahui kemampuan pelamar menangani berbagai hal.
Wawancara biasanya dilakukan untuk melengkapi hasil tes tertulis. Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh dari tes tertulis akan digali melalui proses wawancara. Dalam hal ini, anda dituntut untuk berusaha menguasai diri anda sendiri (khususnya kelebihan dan kelemahan anda). Juga berusaha menguasai bidang pekerjaan yang anda lamar.
Berpakaian yang “baik” dalam wawancara memang tidak dapat digeneralisasikan karena setiap perusahaan memiliki kebiasaan-kebiasaan/budaya perusahaan yang berbeda. Namun, ada beberapa tips yang dapat diingat, antara lain:
Cari informasi terlebih dahulu tentang perusahaan dan Bapak/Ibu yang akan mewawancarai anda. Beberapa perusahaan memiliki peraturan atau “kebiasaan” berpakaian secara formal, tetapi ada juga yang semi formal, atau bahkan ada yang bebas. Hal ini penting, agar anda tidak dilihat sebagai “orang aneh’, disesuaikan dengan posisi yang akan dilamar. Bagi pelamar pria disarankan menggunakan kemeja lengan panjang dan berdasi, tidak perlu menggunakan jas. Berpakaian rapi dan bersih, tidak kusut. Hal ini memberi kesan bahwa anda menghargai wawancara ini.
Berpakaian dengan warna yang tidak terlalu menyolok (misalkan mengkilap, ngejreng).
Bagi pelamar wanita berpakaian yang tidak terlalu ketat (rok bawah, kancing baju atasan).
Berpakaian dengan desain yang simpel (tidak telalu banyak pernik-pernik, toh ini bukan acara pesta).
Tidak berlebihan dalam menggunakan wewangian dan perhiasan.
Dalam wawancara, faktor diluar “isi” seringkali dapat mempengaruhi keberhasilan suatu wawancara. Mulai dari penampilan, sampai cara berbicara.
Seorang pewawancara yang berpengalaman akan merasakan sebagian karakter yang diwawancara dari sinar matanya. Tidak perlu dengan memelototi, atau dengan sinar mata syahdu, melainkan tataplah secara wajar kepada pewawancara.
Intinya, bahwa melalui tatapan anda selama wawancara haruslah menandakan :
1. Apakah anda cukup percaya diri;
2. Apakah anda berpikir positif terhadap proses komunikasi dalam wawancara tersebut;
3. Apakah anda jujur dengan isi komunikasi anda;
4. Apakah anda tampil “jujur” sesuai dengan kepribadian anda yang sebenarnya, tidak dibuat-buat.
Intonasi akan memperlihatkan apakah anda seorang yang percaya diri atau tidak. Tidak perlu dengan cara mengatur suara seperti seorang pemain sinetron, tetapi cukuplah bahwa anda dapat menggunakan intonasi yang menarik minat lawan bicara untuk terus berkomunikasi.
Usahakan tidak memberi nada agresif, atau nada “menutup” diri. Gunakanlah intonasi yang mewakili dengan isi pesan anda. Volume, warna, dan irama memang harus diatur dengan baik, tetapi bukan harus menjadi orang yang tampil bukan sebagai dirinya sendiri.
Wawancara biasanya dilakukan untuk melengkapi hasil tes tertulis. Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh dari tes tertulis akan digali melalui proses wawancara. Dalam hal ini, anda dituntut untuk berusaha menguasai diri anda sendiri (khususnya kelebihan dan kelemahan anda). Juga berusaha menguasai bidang pekerjaan yang anda lamar.
Berpakaian yang “baik” dalam wawancara memang tidak dapat digeneralisasikan karena setiap perusahaan memiliki kebiasaan-kebiasaan/budaya perusahaan yang berbeda. Namun, ada beberapa tips yang dapat diingat, antara lain:
Cari informasi terlebih dahulu tentang perusahaan dan Bapak/Ibu yang akan mewawancarai anda. Beberapa perusahaan memiliki peraturan atau “kebiasaan” berpakaian secara formal, tetapi ada juga yang semi formal, atau bahkan ada yang bebas. Hal ini penting, agar anda tidak dilihat sebagai “orang aneh’, disesuaikan dengan posisi yang akan dilamar. Bagi pelamar pria disarankan menggunakan kemeja lengan panjang dan berdasi, tidak perlu menggunakan jas. Berpakaian rapi dan bersih, tidak kusut. Hal ini memberi kesan bahwa anda menghargai wawancara ini.
Berpakaian dengan warna yang tidak terlalu menyolok (misalkan mengkilap, ngejreng).
Bagi pelamar wanita berpakaian yang tidak terlalu ketat (rok bawah, kancing baju atasan).
Berpakaian dengan desain yang simpel (tidak telalu banyak pernik-pernik, toh ini bukan acara pesta).
Tidak berlebihan dalam menggunakan wewangian dan perhiasan.
Dalam wawancara, faktor diluar “isi” seringkali dapat mempengaruhi keberhasilan suatu wawancara. Mulai dari penampilan, sampai cara berbicara.
Seorang pewawancara yang berpengalaman akan merasakan sebagian karakter yang diwawancara dari sinar matanya. Tidak perlu dengan memelototi, atau dengan sinar mata syahdu, melainkan tataplah secara wajar kepada pewawancara.
Intinya, bahwa melalui tatapan anda selama wawancara haruslah menandakan :
1. Apakah anda cukup percaya diri;
2. Apakah anda berpikir positif terhadap proses komunikasi dalam wawancara tersebut;
3. Apakah anda jujur dengan isi komunikasi anda;
4. Apakah anda tampil “jujur” sesuai dengan kepribadian anda yang sebenarnya, tidak dibuat-buat.
Intonasi akan memperlihatkan apakah anda seorang yang percaya diri atau tidak. Tidak perlu dengan cara mengatur suara seperti seorang pemain sinetron, tetapi cukuplah bahwa anda dapat menggunakan intonasi yang menarik minat lawan bicara untuk terus berkomunikasi.
Usahakan tidak memberi nada agresif, atau nada “menutup” diri. Gunakanlah intonasi yang mewakili dengan isi pesan anda. Volume, warna, dan irama memang harus diatur dengan baik, tetapi bukan harus menjadi orang yang tampil bukan sebagai dirinya sendiri.
sumber : http://www.ahmadmaulana.com/2009/05/20/tips-jitu-menghadapi-wawancara-kerja/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar