https://www.facebook.com/yayasandapena.sekolahdapena/media_set?set=a.10200478993092430.1073741827.1685290582&type=1
SEKOLAH SWASTA NASIONAL, BERKARYA DALAM PENDIDIKAN SEJAK TH. 1957, MEMPERHATIKAN TUMBUH KEMBANG SISWA SESUAI AGAMA YANG DIANUT ( BUDHA, HINDU, ISLAM, KATOLIK, KRISTEN, KONGHUCU ) MENGAJARKAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA DAN SOSIALISASI BERMASYARAKAT LOKASI SEKOLAH : PG/TK/SD DAPENA Jl. Dinoyo 33, Surabaya ( 5678227-5634475 ) SMP/SMA DAPENA Jl. Sumatera 112-114, Surabaya ( 5035535-5031453 ) fax. 5053646 email : sekolahdapena@gmail.com twitter: @sekolahdapena facebook: yayasandapena sekolahdapena
Kamis, 19 Desember 2013
Sabtu, 16 November 2013
PENGABDIAN 7 WINDU YAYASAN DAPENA
Dalam Rangka memperingati ulang Tahun YAYASAN DAPENA
yang ke 56
,
SEKOLAH DAPENA ( PG-TK-SD-SMP-SMA )
mengadakan beberapa kegiatan, dengan tema pokok,
PENGABDIAN 7 WINDU YAYASAN DAPENA - SEKOLAH DAPENA
Sabtu, 03 Agustus 2013
Selamat Idul Fitri 1434 H
KELUARGA BESAR SEKOLAH DAPENA YAYASAN DAPENA
Pengurus, Guru dan Karyawan
Mengucapkan
SELAMAT IDUL FITRI 1434 H
Jumat, 24 Mei 2013
SELAMAT HARI RAYA WAISAK 2557 BE / 2013
Peringatan Tri Suci Waisak 2557 BE
" Keteladanan Dasar Kemuliaan "
Keteladanan ibu, keteladanan ayah, keteladanan
guru, keteladanan pemimpin agama, keteladanan pemimpin masyarakat,
bahkan keteladanan pemimpin bangsa, pendek kata keteladanan sangatlah
diperlukan bagi setiap peran, tugas jabatan, maupun kedudukan baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa.
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
Semoga Semua Mahluk Berbahagia
PENGURUS, GURU & KARYAWAN
SEKOLAH DAPENA
mengucapkan
PENGURUS, GURU & KARYAWAN
SEKOLAH DAPENA
mengucapkan
Selamat Waisak 2557 BE
Selasa, 16 April 2013
Berpikir Kritis : Kenapa Begini, Kenapa Begitu?
Kenapa Begini, Kenapa Begitu?
Anak kecil yang banyak tanya sering memusingkan orang tua padahal itu merupakan bagian dari sikap kritis yang penting. Temukan tips untuk menyikapinya.
Pertanyaan “Kenapa begini? Kenapa Begitu?” sudah dimulai ketika anak berusia lebih kurang 2 tahun. Mulanya para orang tua antusias sekali untuk menjawab pertanyaan “hebat” dari anaknya yang bukan bayi lagi ini. Namun pertanyaan itu tidak akan berhenti dengan 1-2 jawaban saja. Untuk satu topik bisa ada puluhan “kenapa” yang diajukan, bahkan untuk pertanyaan yang sama, dengan jawaban yang sama, si anak bisa mengucapkannya 6-7 kali. Dari sabar, orang tua bisa menjadi bosan atau lelah menjawab, jengkel, bahkan akhirnya menyerah “kalah” karena tak tahu lagi bagaimana menanggapi “kenapa” yang tak habis-habisnya itu. Rasa ingin tahu yang besar adalah bagian dari proses berpikir kritis, yang merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang.
Apa itu Berpikir Kritis?
Berpikir kritis adalah cara berpikir logis, dimana kita memecah-belah suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil serta menganalisanya. Bagian dari berpikir kritis adalah: kemampuan menggolongkan, memilah, membandingkan persamaan dan perbedaan (Church, 1993). Beberapa ciri anak yang berpikir kritis adalah: penuh rasa ingin tahu dan ingin menjelajah/bereksplorasi.
Mengapa Berpikir Kritis Penting?
Kemampuan menganalisa masalah membantu kita meneliti penyebab masalah, kemudian mencari solusinya. Dengan kata lain berpikir kritis adalah modal untuk pemecahan masalah, yang hadapi manusia sepanjang hidupnya dari mulai bayi sampai dewasa.
Anak yang terbiasa sejak kecil berpikir kritis akan tumbuh menjadi orang bisa memecahkan masalah secara mandiri. Di sekolah, anak yang bersikap kritis adalah murid yang paling mudah digugah hasrat belajarnya, mereka antusias dan penuh motivasi, siap untuk belajar berbagai hal. Oleh sebab itu pola berpikir kritis adalah salah satu sikap belajar yang harus dimiliki seorang anak untuk bisa belajar dengan baik di sekolah.
Penghambat Sikap Kritis
Setiap anak pada dasarnya mempunyai rasa ingin tahu yang besar sejak ia bayi. Memasukkan barang apapun ke mulut adalah contohnya. Begitu anak mulai bisa bicara, rasa ingin tahunya diekspresikan dengan bertanya. Bahkan dengan kemampuan motorik yang semakin membaik, anak mulai menganalisa masalah secara kinestetik (membongkar mainan karena ia ingin melihat isi dan cara kerja suatu benda misalnya). Namun tak jarang sikap kritis ini secara pelan tapi pasti berkurang hingga tak bersisa lagi, akhirnya anak berhenti bertanya, berhenti mengeksplorasi, dan menjadi orang yang apatis. Beberapa faktor lingkungan yang menghambat sikap kritis anak:
1. Takut. Anak akan enggan untuk mencoba atau bereksplorasi karena takut akan risiko tidak menyenangkan yang akan ia alami seperti: ancaman dan hukuman dari orang-orang terdekat (orang tua, pengasuh, guru, dll). Contohnya: “Kalau kamu tidak duduk diam nanti disuntik dokter lho atau aku kasih kamu ke satpam”, atau anak yang dihukum karena “mengganggu” papanya yang sedang makan dengan berbagai pertanyaan.
2. Larangan. “Jangan, nanti kotor, nanti jatuh, nanti rusak”,”jangan ribut”, “jangan banyak tanya kerjakan saja!” Kata “jangan” dan “tidak boleh” yang diucapkan dalam keseharian kita berinteraksi dengan anak-anak tanpa disadari telah menciptakan “pagar” dan “tembok” yang membatasi anak dalam bereksplorasi.
3. Yang benar Cuma Satu! Memberikan 1 jawaban (yang terkesan mutlak) untuk setiap hal yang ditanyakan anak memang menghemat waktu dan tenaga. Tetapi sama sekali tidak mendorong anak untuk melihat alternatif lain. Misalnya: daun harus diwarnai hijau, pensil adalah ”hanya” alat tulis, menulis harus dengan tangan kanan.
4. Tidak ada Tanggapan Positif. Seorang anak mempunyai kebutuhan untuk dicintai dan dihargai. Jika saat anak menunjukkan sikap kritisnya ia tidak mendapatkan tanggapan (orang tua tidak menjawab, tidak ber-respons apapun) atau mendapat tanggapan negatif seperti: diomeli, disuruh diam, ditertawakan, dilecehkan, tentu saja anak akan berpikir bahwa banyak bertanya atau bersikap kritis adalah suatu hal yang buruk.
Bagaimana Mengembangkan Sikap Kritis Anak Sejak Dini:
Lewat permainan. Beberapa proses berpikir kritis bisa dilatih dengan permainan:
Memilah: memisah-misahkan mainan binatang dan non-binatang.
Menggolongkan: mengelompokkan mainan binatang menurut karakteristik tertentu (misal: jumlah kaki, habitat, dll)
Membandingkan: mencari gambar yang sama di antara banyak gambar, mencari perbedaan antara 2 gambar yang tampak serupa.
Berikan pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mempunyai jawaban lebih dari 1. Bukan sekedar “ya/tidak” atau “benar/salah”. Contohnya: Apa saja…? Ada lagi…? Yang lainnya…?
Dorong anak untuk mencoba sendiri sebelum Anda membantu. Biarkan anak mencari dulu sendiri jawaban terhadap permasalahannya. Contohnya: Kalau menurut kamu, kenapa…? Mama mau tahu pendapat kamu dulu.
Berpikir divergen. Latih anak untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi dengan lebih dari satu alternatif. Contoh: kenapa sopir cari kerja? dipecat, dia tidak suka dengan pekerjaannya, gajinya kecil, dll. Supaya cepat dapat kerja baru? Minta bantuan teman, pasang iklan, dll.
Sediakan banyak waktu untuk anak mengekspresikan diri. Melatih berpikir kritis membutuhkan waktu, dalam suasana yang santai, tidak bisa terburu-buru apalagi tegang. Luangkan banyak waktu Anda bersama anak untuk berbincang ataupun bermain.
Menanggapi dengan serius. Perlihatkan bahwa Anda sungguh berminat pada apa yang sedang dikerjakan/dibicarakan anak dan menghargainya, lewat:
Bahasa tubuh dan ekspresi wajah: kontak mata, senyum, ekspresi antusias.
Sikap positif: responsif (tidak malas-malasan, atau sambil mengerjakan hal lain), dan menerima (jangan mengolok atau melecehkan, meskipun ungkapan anak terkesan konyol atau tidak masuk akal).
Mari kita bantu anak-anak kita agar berpikir kritis sejak dini, dengan juga mempraktikkan pola pikir kritis dalam diri sendiri. Bagaimanapun anak paling banyak belajar dari orang-tuanya melalui contoh!
Anak kecil yang banyak tanya sering memusingkan orang tua padahal itu merupakan bagian dari sikap kritis yang penting. Temukan tips untuk menyikapinya.
Pertanyaan “Kenapa begini? Kenapa Begitu?” sudah dimulai ketika anak berusia lebih kurang 2 tahun. Mulanya para orang tua antusias sekali untuk menjawab pertanyaan “hebat” dari anaknya yang bukan bayi lagi ini. Namun pertanyaan itu tidak akan berhenti dengan 1-2 jawaban saja. Untuk satu topik bisa ada puluhan “kenapa” yang diajukan, bahkan untuk pertanyaan yang sama, dengan jawaban yang sama, si anak bisa mengucapkannya 6-7 kali. Dari sabar, orang tua bisa menjadi bosan atau lelah menjawab, jengkel, bahkan akhirnya menyerah “kalah” karena tak tahu lagi bagaimana menanggapi “kenapa” yang tak habis-habisnya itu. Rasa ingin tahu yang besar adalah bagian dari proses berpikir kritis, yang merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang.
Apa itu Berpikir Kritis?
Berpikir kritis adalah cara berpikir logis, dimana kita memecah-belah suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil serta menganalisanya. Bagian dari berpikir kritis adalah: kemampuan menggolongkan, memilah, membandingkan persamaan dan perbedaan (Church, 1993). Beberapa ciri anak yang berpikir kritis adalah: penuh rasa ingin tahu dan ingin menjelajah/bereksplorasi.
Mengapa Berpikir Kritis Penting?
Kemampuan menganalisa masalah membantu kita meneliti penyebab masalah, kemudian mencari solusinya. Dengan kata lain berpikir kritis adalah modal untuk pemecahan masalah, yang hadapi manusia sepanjang hidupnya dari mulai bayi sampai dewasa.
Anak yang terbiasa sejak kecil berpikir kritis akan tumbuh menjadi orang bisa memecahkan masalah secara mandiri. Di sekolah, anak yang bersikap kritis adalah murid yang paling mudah digugah hasrat belajarnya, mereka antusias dan penuh motivasi, siap untuk belajar berbagai hal. Oleh sebab itu pola berpikir kritis adalah salah satu sikap belajar yang harus dimiliki seorang anak untuk bisa belajar dengan baik di sekolah.
Penghambat Sikap Kritis
Setiap anak pada dasarnya mempunyai rasa ingin tahu yang besar sejak ia bayi. Memasukkan barang apapun ke mulut adalah contohnya. Begitu anak mulai bisa bicara, rasa ingin tahunya diekspresikan dengan bertanya. Bahkan dengan kemampuan motorik yang semakin membaik, anak mulai menganalisa masalah secara kinestetik (membongkar mainan karena ia ingin melihat isi dan cara kerja suatu benda misalnya). Namun tak jarang sikap kritis ini secara pelan tapi pasti berkurang hingga tak bersisa lagi, akhirnya anak berhenti bertanya, berhenti mengeksplorasi, dan menjadi orang yang apatis. Beberapa faktor lingkungan yang menghambat sikap kritis anak:
1. Takut. Anak akan enggan untuk mencoba atau bereksplorasi karena takut akan risiko tidak menyenangkan yang akan ia alami seperti: ancaman dan hukuman dari orang-orang terdekat (orang tua, pengasuh, guru, dll). Contohnya: “Kalau kamu tidak duduk diam nanti disuntik dokter lho atau aku kasih kamu ke satpam”, atau anak yang dihukum karena “mengganggu” papanya yang sedang makan dengan berbagai pertanyaan.
2. Larangan. “Jangan, nanti kotor, nanti jatuh, nanti rusak”,”jangan ribut”, “jangan banyak tanya kerjakan saja!” Kata “jangan” dan “tidak boleh” yang diucapkan dalam keseharian kita berinteraksi dengan anak-anak tanpa disadari telah menciptakan “pagar” dan “tembok” yang membatasi anak dalam bereksplorasi.
3. Yang benar Cuma Satu! Memberikan 1 jawaban (yang terkesan mutlak) untuk setiap hal yang ditanyakan anak memang menghemat waktu dan tenaga. Tetapi sama sekali tidak mendorong anak untuk melihat alternatif lain. Misalnya: daun harus diwarnai hijau, pensil adalah ”hanya” alat tulis, menulis harus dengan tangan kanan.
4. Tidak ada Tanggapan Positif. Seorang anak mempunyai kebutuhan untuk dicintai dan dihargai. Jika saat anak menunjukkan sikap kritisnya ia tidak mendapatkan tanggapan (orang tua tidak menjawab, tidak ber-respons apapun) atau mendapat tanggapan negatif seperti: diomeli, disuruh diam, ditertawakan, dilecehkan, tentu saja anak akan berpikir bahwa banyak bertanya atau bersikap kritis adalah suatu hal yang buruk.
Bagaimana Mengembangkan Sikap Kritis Anak Sejak Dini:
Lewat permainan. Beberapa proses berpikir kritis bisa dilatih dengan permainan:
Memilah: memisah-misahkan mainan binatang dan non-binatang.
Menggolongkan: mengelompokkan mainan binatang menurut karakteristik tertentu (misal: jumlah kaki, habitat, dll)
Membandingkan: mencari gambar yang sama di antara banyak gambar, mencari perbedaan antara 2 gambar yang tampak serupa.
Berikan pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mempunyai jawaban lebih dari 1. Bukan sekedar “ya/tidak” atau “benar/salah”. Contohnya: Apa saja…? Ada lagi…? Yang lainnya…?
Dorong anak untuk mencoba sendiri sebelum Anda membantu. Biarkan anak mencari dulu sendiri jawaban terhadap permasalahannya. Contohnya: Kalau menurut kamu, kenapa…? Mama mau tahu pendapat kamu dulu.
Berpikir divergen. Latih anak untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi dengan lebih dari satu alternatif. Contoh: kenapa sopir cari kerja? dipecat, dia tidak suka dengan pekerjaannya, gajinya kecil, dll. Supaya cepat dapat kerja baru? Minta bantuan teman, pasang iklan, dll.
Sediakan banyak waktu untuk anak mengekspresikan diri. Melatih berpikir kritis membutuhkan waktu, dalam suasana yang santai, tidak bisa terburu-buru apalagi tegang. Luangkan banyak waktu Anda bersama anak untuk berbincang ataupun bermain.
Menanggapi dengan serius. Perlihatkan bahwa Anda sungguh berminat pada apa yang sedang dikerjakan/dibicarakan anak dan menghargainya, lewat:
Bahasa tubuh dan ekspresi wajah: kontak mata, senyum, ekspresi antusias.
Sikap positif: responsif (tidak malas-malasan, atau sambil mengerjakan hal lain), dan menerima (jangan mengolok atau melecehkan, meskipun ungkapan anak terkesan konyol atau tidak masuk akal).
Mari kita bantu anak-anak kita agar berpikir kritis sejak dini, dengan juga mempraktikkan pola pikir kritis dalam diri sendiri. Bagaimanapun anak paling banyak belajar dari orang-tuanya melalui contoh!
Senin, 01 April 2013
SELAMAT PASKAH 2013
Keluarga Besar Yayasan Dapena - Sekolah Dapena
Pengurus, Guru dan Karyawan
Mengucapkan
SELAMAT PASKAH 2013
Easter is here.
That’s why I’m here.
Greeting you with much cheer.
Have a great Easter!
That’s why I’m here.
Greeting you with much cheer.
Have a great Easter!
Sabtu, 23 Februari 2013
Jumat, 08 Februari 2013
Rabu, 06 Februari 2013
IMLEK : Aktivitas yang Dilakukan & Tidak Dilakukan Menjelang Imlek
Aktivitas yang Dilakukan dan Tidak Dilakukan Menjelang Imlek .
-Membersihkan rumah: Sebelum tibanya tahun baru, sangat penting untuk
memastikan rumah dalam kondisi bersih secara paripurna. Simbolisme
membersihkan rumah dari semua ketidak beruntungan dari tahun lalu.
-Mendekor rumah: Pintu dan jendela di cat ulang (umumnya dan
traditionally dengan warna merah). Selain itu pintu dan jendela di
tempeli dengan kertas yang bertuliskan kata atau kalimat bermakna baik.
Yang paling umum dan favorit ialah kertas dengan karakter “fu” atau
“keberuntungan” Tidak sedikit yang sengaja menempelkannya secara
terbalik. Kata “terbalik” kalau diucapkan ialah “dao” yang juga berarti
“tiba,” jadi maknanya menjadi “keberuntungan tiba” atau “fu dao.”
-Membeli pakaian dan sepatu baru, menggunting rambut juga dilakukan
sebagai manifestasi dari membuang kesialan dan awal baru yang baik
-Makan malam reuni (nien yue fan) bersama seluruh anggota keluarga pada
malam sebelum tahun baru. Ini sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan
keluarga dalam menyambut tahun baru. Malam sebelum Sin Cia dikenal
sebagai “chuxi” yang artinya “malam pergantian tahun.”
-Melunasi utang: Kebiasaan untuk melunasi (paling tidak, mengurangi
jumlah) utang sebelum Sin Cia dilandasi pada kepercayaan agar di tahun
baru nanti kehidupan tidak dibebani dengan banyak utang.
-Memberikan ang pau: Tradisi memberikan ang pau / lai see /hong bao /
fung bao kepada anak.-anak merupakan simbol dari “meneruskan”
keberuntungan kepada generasi berikutnya. Umumnya pasangan yang sudah
menikah dan orang tua memberikan kepada yang lebih muda dan belum
menikah.Ang pau juga dikenal dengan sebutan ya sui qian yang artinya
“uang untuk menghilangkan roh jahat.”Jumlah uang yang diberikan harus
genap (dihitung dari digit pertama) misalnya 20, 40, 60, dan seterusnya.
Untuk ang pau tidak boleh angka ganjil (30, 50, 70, dan seterusnya)
karena angka ganjil diberikan untuk bai pao (uang yang diberikan saat
melayat kematian).
-Memasang hiasan bunga Mei. Bunga Mei /Mei
Hua /Plum Blossom merupakan bunga yang mekar pada musim semi, simbol
dari adanya harapan pada saat susah dan penuh tantangan. Bunga Mei
adalah simbol dari musim semi.
-Menyiapkan dan menghidangkan makanan-makanan khas Sin Cia:
Nian Gao atau kue keranjang. Disebut kue keranjang karena cetakannya
yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berarti tahun dan Gao berarti
kue. Gao juga homonim dengan kata “tinggi”, itulah mengapa kue keranjang
sering disusun tinggi/bertingkat-tingkat. Makna di balik ini ialah
pengharapan agar rezeki dan kemakmuran akan semakin tinggi. Pada masa
silam, semakin tinggi susunan nian gao maka semakin tinggi pula status
sosial keluarga tersebut.
* Ikan merupakan hidangan favorit,
apalagi di hari Sin Cia. Ikan adalah simbol rezeki karena bunyi karakter
“ikan (yu)” sama seperti karakter :”berlebih.” Makanya ada ungkapan
“nian nian you yu” yang artinya “setiap tahun berlebih (rezekinya).”
* Bakmi, hidangan wajib yang juga favorit ini disajikan tanpa putus
dari ujung awal ke ujung akhir (dalam satu untaian panjang). Ini simbol
dan harapan agar dikaruniai panjang umur.”
* Yu Sheng atau Yee Sang adalah hidangan salad ikan, yang dipercaya sebagai hidangan yang dapat membawa keberuntungan.
* Jeruk Bali. Dalam bahasa Mandarin, buah jeruk disebut sebagai “ji”
yang homonin dengan kata “selamat,” Jeruk Bali merupakan jenis jeruk
yang berukuran paling besar, jadi berarti “besar selamat alias amat
selamat.” Dipilih yang masih ada daun di dekat buahnya, yang berarti
“amat selamat nya akan terus bertumbuh/berlangsung sepanjang tahun.”
Selain jeruk Bali, jeruk dari jenis Mandarin dan Sunkist juga menjadi
favorit. Warnanya yang kuning (mirip warna emas) menyimbolkan
kemakmuran.
* Aneka permen dan makanan kecil manis lainnya. Semuanya ini agar kehidupan senantiasa “manis” pada tahun baru mendatang.
Aktivitas yang tidak boleh dilakukan:
Menyapu dianggap dapat “menyapu” rezeki keluar dari rumah, memecahkan
barang juga berarti “memecahkan” kebahagiaan dalam hidup. Begitu pula
dengan penggunaan benda tajam (pisau, gunting), dianggap tidak baik
karena dapat “memotong” keberuntungan. Itulah sebabnya aktivitas di atas
diusahakan tidak dilakukan/terjadi pada saat Sin Cia.
SEMOGA BERMANFAAT !!!
Selasa, 08 Januari 2013
SMA DAPENA - Akreditasi A - 2012
Berdasarkan
Hasil Akreditasi yang telah dilaksanakan di Bulan September 2012, SMA
DAPENA 1 Surabaya berhasil memperoleh Akreditasi Sekolah dengan
Peringkat " A " hal ini seperti yang diputuskan oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Jawa Timur, berdasarkan :
Surat Keputusan BAP-S/M ( Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah ) Jawa Timur
No.
073/BAP-SM/TU/XI/2012 tanggal 19 November 2012 mengenai Penetapan Hasil
Akreditasi Sekolah ( BAP-S/M) Jawa Timur - Kota Surabaya
Nama Sekolah : SMA DAPENA 1
Jalan Sumatera 112-114, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya
NSS/NIS/NSM : 304056006023
Peringkat Akreditasi : A
Standar Nilai : Isi : 92
: Proses Belajar Mengajar : 95
: Kompetensi Kelulusan : 77
: Pendidik & Tenaga Pendidik : 88
: Sarana dan Prasarana : 96
: Pengelolaan Sekolah : 94
: Pembiayaan Sekolah : 91
: Penilaian Pendidikan : 92
Atas Nama Pengurus dan Seluruh Keluarga Besar Yayasan Dapena - Sekolah Dapena Surabaya, kami mengucapkan Selamat Atas Pencapaian Hasil Akreditasi Sekolah dengan status " Terakreditasi A ", serta Terima kasih atas kerja keras pimpinan - guru - karyawan SMA DAPENA 1 serta pihak 2 yang telah terlibat dalam proses akreditasi yang telah dilaksanakan, Semoga Hasil yang dicapai dapat bermanfaat bagi kita semua.
... Dalam suka mulut tertawa, dalam duka mata berkaca,
dalam kaku pikir terpaku, dalam waktu langkah satu2...
.. Ada batu semangat tak mati kutu, ada lubang jati diri tak hilang,
jatuh bangun namun tetap tekun ..
" 55 th Yayasan Dapena - Sekolah Dapena "
PG/TK/SD/SMP/SMA DAPENA ...
No regret about the past...
No fear about the future...
New hopes & dreams in 2013
Langganan:
Postingan (Atom)